Blog Yang Membahas Tentang Hukum Islam, Ilmu Pengetahuan, Pendidikan Agama dan Akhlak Perilaku Manusia

Post Top Ad

Post Top Ad

Selasa, 28 April 2020

15.35

Keutamaan dan Pahala Membaca Al Qur'an Bulan Ramadhan

Keutamaan Membaca Al Qur'an

al irmaniyah.Bulan Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat islam. Bulan yang penuh dengan keberkahan, bulan dimana setiap perbuatan ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Namun demikian ada hal yang perlu diperhatikan susuatu yang bisa dilakukan dan yang dilarang oleh Allah SWT dalam menjalankan puasa.

Perintah Puasa dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa QS.Al Baqarah : 183

Tentunya tak heran jika Rasulullah SAW sering membaca Al-qur’an pada bulan ini. Allah Ta’ala berfirman :“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” QS. (Al Baqarah : 185)

Dibawah ini amalan dan  pahala yang didapat dari membaca Al Qur'an sbb:

Baca Juga Panduan Ramadhan disaat Pandemi

1. Mendapatkan Pahala Hingga 700 Kali Lipat

Allah SWT melipatgandakan pahala kebaikan yang dilakukan setiap manusia hingga 700 kali lipat.

Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW

“Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya), satu kebaikan akan dibalas dengan 10 sampai 700 kali lipat. Allah Swt. berfirman: Kecuali puasa, sesungguhnya itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim)

2. Membaca satu huruf Al-Qur’an akan memperoleh sepuluh kebaikan

Sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” ( HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

Begitu juga Sabda beliau,

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam” ( HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468)

3. Mendapakan Syafaat di Akhirat

Rasulullah SAW sendiri pernah menyebut puasa dan Al-Quran bersama-sama menjadi penolong manusia saat hari pengadilan tiba.
“Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba kelak pada hari kiamat. "Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat di siang hari, maka perkenankanlah aku untuk memberikan syafaat kepadanya’.
"Dan Al Qur’an juga berkata, ’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, maka perkenankanlah aku untuk memberi syafaat kepadanya.’
"Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani)

4.  Membaca Al Qur'an akan Didoakan Malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang mahir membaca al Qur’an bersama malaikat yang terhormat, dan yang membaca al Qur’an sedangkan ia terbata-bata serta mengalami kesulitan maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari / 4937 dan Muslim / 798).

“Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur’an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Baca Juga  Golongan manusia menghadapi wabah

5. Membaca Al Qur'an Mulia di Hadapan Allah

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dikatakan kepada sahabat al Qur’an, ‘Bacalah dan mendakilah! Bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membaca dengan tartil di dunia! Maka sesungguhnya tempatmu di akhir ayat yang kamu baca.’” (HR. Abu Dawud / 1300).


6. Pahala Diingat Oleh Allah

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki keluarga di antara manusia.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa mereka?” Beliau bersabda, “Mereka adalah ahlul Qur’an yang menjadi keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.” sungguh luar biasa pahala mengaji di bulan Ramadhan yakni ia dianggap oleh Allah sebagai hamba yang dekat padaNya.

7. Membaca Al-Qur’an mengangkat derajat orangtua di akhirat

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Barang siapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya, maka kedua orangtuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah di dunia ini. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkannya? (HR. Abu Dawud)

Posting Yang Sering Dicari :
Penulis  : Abdullah Wahab
Editor    : Gus JK

Sabtu, 25 April 2020

12.17

Amalan- Amalan Sunnah Bulan Ramadhan


Gambar : pt.slideshare.net/


Amalan  Bulan Ramadhan

al irmaniyah. BULAN Ramadan yang diperingati setiap satu tahun sekali menjadi momen istimewa bagi umat muslim di penjuru dunia. Ramadan identik dengan bulan penuh ampunan dan keberkahan. Semua amal kebaikan yang dilakukan saat bulan Ramadan akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Maka dari itu, umat islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti dengan mengerjakan amalan -amalan sunnah.

Amalan yang khas pada bulan Ramadhan adalah puasa ramadhan pada siang hari dan malam hari dilanjutkan dengan shalat tarawih sebagaimana termaktub dalam. Surat Al-Baqarah Ayat 183-185

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya: “Bagaimana shalat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab, “Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau di luarnya- lebih dari 11 raka’at. Beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at.” [HR Bukhari]

Berikut doa dan amalan menjelang  dan selama bulan Ramadan 2020 / 1441 Hijriah:

1. Doa agar disampaikan ke bulan Ramadan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya : “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah (umur) kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad).

Bahwa Rasulullah SAW, apabila melihat hilal pada Ramadhan dan pada bulan selainnya, beliau membaca doa:

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

"Ya Allah, perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan dan iman, serta keselamatan dan Islam. Rabb-ku dan Rabb-mu (bulan) adalah Allah." (HR. Tirmidzi).

Selain doa tersebut, ada pula doa lainnya diriwayatkan Ibnu Rajab dari Yahya bin Abi Katsir dalam kitab Lathaif al-Ma'arif, Hal: 158).

اللّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلىَ رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُقَبَّلاً

“Ya Allah, sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan, sampaikanlah bulan Ramadhan kepada kami, dan terimalah amalan-amalan kami.”

2. Mengakhirkan sahur 

Amalan sunnah di bulan Ramadan salah satunya bisa dilakukan dengan mengakhirkan waktu sahur. Rasulullah bersabda: "Bersantap sahurlah kalian, karena sahur itu adalah keberkahan (HR. Bukhari)".

3. Menyegerakan buka 

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya: Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka. (Hadits Riwayat Bukhari 4/173 dan Muslim 1093)

4. Berbuka dengan Kurma atau yang Manis

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُو لُ اللِّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أََنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَا تٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ مَاءٍ

Artinya: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan korma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan korma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.

5. Doa Berbuka Puasa

Hadits tentang doa buka puasa.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ، أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Artinya: Dari Mu’adz bin Zuhrah, sesungguhnya telah sampai riwayat kepadanya bahwa sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu-ed’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka).

6. Berdzikir

Berdizikir menjadi salah satu ibadah yang sering dilakukan umat muslim. Selain untuk mengingat Allah SWT, berdizikir setelah salat untuk bertawakal dan memohon ridha dari Nya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Baqarah : 152).

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya : "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."

7. Doa dzikir pagi dan petang


يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan

Artinya : "Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.” (HR. Ibnu As Sunni)

8. Selalu Berbuat Baik terhadap sesama, Rasulullah shallallahu'alahiwa sallam menyampaikan Firman Allah SWT dalam sebuah hadits:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

"Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, "Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku."

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

9. Memperbanyak sedekah,  Amalan sunnah lainnya yang tidak boleh dilewatkan yakni memperbanyak sedekah.

Utamanya dengan memberikan hidangan berbuka puasa (ifthar) kepada orang yang berpuasa. Rasulullah bersabda: "Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang tersebut (HR. Ahmad)".

Shalat Jumat

10. I'tikaf di Masjid,  Memperbanyak i'tikaf di masjid menjadi amalan sunnah saat Ramadan. I'tikaf sebaiknya dilakukan sebulan penuh atau minimal 10 hari terakhir di bukan Ramadan.

definisi  umum  i’tikaf adalah:

الْمُكْث فِي الْمَسْجِد لعبادة الله مِنْ شَخْص مَخْصُوص بِصِفَةٍ مَخْصُوصَة

“Berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu”
Dalil-dalil pensyari’atannya.

وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (Al Baqarah: 125).

Hadits dari Ummu al-Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.”

11. Mengkhatamkan Al-Quran,  Memperbanyak membaca dan mengkhatamkan Al-Quran menjadi amalan yang dianjurkan kepada umat muslim saat bulan Ramadan. Minimal kegiatan tersebut dilakukan sekali selama bulan suci. Ulama-ulama terdahulu rajin mengkhatamkan Al-Quran saat bulan Ramadhan, seperti Imam al-Syafi'i yang khatam hingga 60 kali.


Sementara dalil tentang keutamaan membaca al-Qur’an, Rasulullah saw sebutkan berulang kali dalam hadisnya. Di antara keutamaan yang beliau sabdakan adalah:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa saja yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

12. Bersedekah, Sedekah saat bulan ramadhan sekaligus menyempurnakan ibadah kita. Tidak mungkin kita bisa mendapatkan pahala yang berlipat ganda jika kita tidak melakukan ibadah lainnya. Salah satunya adalah sedekah yang tentu akan membutuhkan pengorbanan dan keikhlasan dalam menjalankannya, untuk itu besar pahalanya bagi yang mau menjadikannya sebagai amalan ketika puasa.


إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

13. Memberi Makan Orang Berbuka, Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah keutamaan yang diraih dari do’a orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,


ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”
Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.

14. Bertaubat, Pada hakikatnya, taubat harus kita lakukan setiap waktu.
Namun keharusan bertaubat ini bertambah kuat sebelum memasuki bulan Ramadan. Ulama salaf menganjurkan untuk memperbanyak taubat kepada Allah menjelang memasuki bulan Ramadan supaya kita bisa menjalankan puasa Ramadan dengan hati yang bersih dan ketenangan jiwa. Dengan kebersihan hati dan ketenangan jiwa, kita bisa sukses melaksanakan semua ibadah puasa Ramadan dengan baik dan sempurna.


وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kalian kepada Allah wahai orang-orang beriman supaya kalian beruntung (sukses).”(surah Annur ayat 31)

Salah satu doa taubat yang dijarkan ulama salaf untuk dibaca menjelang memasuki Ramadan adalah sebagai berikut;

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى

“Allahumma ighfirli khothi-ati, wa jahli, wa isrofi fi amri, wama anta a’lamu bihi minni. Allahumma ighfirli jiddi wa hazli, wa khothoi wa ‘amdi, wa kullu dzalika ‘indi.

 Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupun sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan.”

15. Istiqamah menjalankan amalan sunnah, Setelah mengetahui apa saja amalan-amalan saat Ramadan, umat muslim diharapkan bisa istiqamah menjalaninya. Selain itu, dapat melanjutkan amalan-amalan tersebut di bulan-bulan berikutnya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala  adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit” (HR Al-Bukhari no. 6099) dan (H.R.Muslim no. 783)

Ummul mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu’alaihi Wasallam akan menetapinya”( HR. Muslim (no. 746).

Posting Yang Sering Dicari :
Penulis  : Ustadz Abdullah Wahab
Editor    : Gus JK

Rabu, 22 April 2020

14.37

Panduan Shalat Tarawih Di Tengah Pandemi Corona / Covid 19

Syeikh Abdul Aziz Bandar Balillah saat menjadi imam shalat di Masjid Al-Markaz Maros. (Foto: celebes) muslimobsession.com

Panduan Shalat Tarawih

al irmaniyah. Tarawih adalah bentuk jamak dari tarwihah, secara bahasa artinya istirahat sekali. Dinamakan demikian karena biasanya dahulu para sahabat ketika shalat tarawih mereka memanjangkan berdiri, rukuk dan sujudnya. Maka ketika sudah mengerjakan empat rakaat, mereka istirahat, kemudian mengerjakan empat rakaat lagi, kemudian istirahat, kemudian mengerjakan tiga rakaat (lihat Lisanul Arab, 2/462, Mishbahul Munir, 1/244, Syarhul Mumthi, 4/10).

Secara istilah tarawih artinya qiyam Ramadhan, atau shalat di malam hari Ramadhan (lihat Al Mughni, 1/455, Syarah Shahih Muslim lin Nawawi, 6/39).


Hukum Shalat Tarawih

Shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah. 

Diantara dalilnya:
Pertama: Dalil As Sunnah
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata:
كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يُرغِّبُ في قيامِ رمضانَ من غير أنْ يأمرَهم فيه بعزيمةٍ، فيقولُ: مَن قامَ رمضانَ إيمانًا واحتسابًا غُفِرَ له ما تَقدَّمَ مِن ذَنبِه
Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memotivasi orang-orang untuk mengerjakan qiyam Ramadhan, walaupun beliau tidak memerintahkannya dengan tegas. Beliau bersabda: “Orang yang shalat tarawih karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari no. 2009, Muslim no. 759).

Kedua: Dalil ijma
Al Imam An Nawawi mengatakan:  فصلاة التراويحِ سُنَّة بإجماع العلماء
“Shalat tarawih hukumnya sunnah dengan ijma ulama” (Al Majmu, 4/37).
Ash Shan’ani mengatakan:  قيام رمضان سُنَّة بلا خلاف
“Qiyam Ramadhan hukumnya sunnah tanpa ada khilaf” (Subulus Salam, 2/11).


Di tengah tengah pandemi  Corona umat muslim diminta mengerjakan shalat tarawih di rumah masing-masing untuk mencegah penyebaran virus corona, shalat tarawih memang lebih afdhol dilaksanakan di masjid secara berjamaah.

Kementerian Agama RI (Kemenag) telah mengeluarkan pedoman ibadah di bulan suci Ramadhan selama wabah Corona. Karena darurat Covid-19 atau virus Corona yang saat ini masih melanda dunia, umat Islam disarankan sholat tarawih dan tadarus di rumah masing-masing demi kemaslahatan.

Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19, disebutkan, jika seorang muslim berada di kawasan yang potensi penularannya tinggi atau sangat tinggi, maka ia boleh meninggalkan salat tarawih di masjid atau tempat umum lainnya dan mengerjakan di kediaman.

Selain itu, dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441H di tengah Pandemi Covid-19, terdapat panduan agar umat Islam melakukan Salat Tarawih secara individual atau berjemaah bersama keluarga inti di rumah.

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah  Dalam Tuntunan Ibadah pada bulan Ramadhan di Masa Darurat COVID-19 (2020)  (hlm. 34) apabila kondisi mewabahnya Covid-19 hingga bulan Ramadan dan Syawal mendatang tidak mengalami penurunan, maka salat tarawih dilakukan di rumah masing-masing dan takmir tidak perlu mengadakan salat berjemaah di masjid, musala dan sejenisnya, termasuk kegiatan Ramadan yang lain (ceramah-ceramah, tadarus berjemaah, iktikaf dan kegiatan berjemaah lainnya).

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menganjurkan masyarakat untuk tetap menyelenggarakan salat tarawih dan Salat idulFitri di rumah masing-masing melalui Surat Instruksi PBNU Nomor 3945/C.I.34/03/2020 tentang Protokol NU Peduli Covid-19.


Jumlah Raka’at Shalat Tarawih

Dalam kitab Al-Muwatha’, Imam Malik menuturkan mengenai jumlah rakaat shalat tarawih, Yakni pada masa Khalifah Umar Bin Khottob, shalat tarawih dikerjakan 23 rakaat, terdiri dari 20 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat shalat witir. Shalat tarawih dilaksanakan 20 rakaat dengan 10 kali salam, dalam bilangan 2 rakaat.

Dalil salat tarawih dikerjakan dengan 8 (delapan) rakaaat adalah hadis Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī dari ’Ā’isyah r.a. sebagai berikut.

 عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ [رواه مسلم]

Artinya: Dari ‘Ā’isyah, istri Nabi saw, (diriwayatkan bahwa) ia berkata, "Pernah Rasulullah melakukan salat pada waktu antara setelah selesai Isya yang dikenal orang dengan ‘Atamah hingga Subuh sebanyak sebelas rakaat di mana beliau salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau salat witir satu rakaat [H.R Muslim].


Pada prakteknya di Indonesia, kalangan umat Islam juga ada yang melakukan sejumlah 11 rakaat, yaitu 8 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat sholat witir, ada juga shalat tarawih dikerjakan 23 rakaat, terdiri dari 20 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat shalat witir.

Tentu perbedaan seperti ini tidak perlu diruncingkan dan dipermasalahkan. Kedua cara itu diperbolehkan, tata cara shalat tarawih dapat dilakukan berjamaah maupun sendirian .

Tata cara sholat tarawih sendiri di rumah, yang secara garis besarnya seperti di bawah ini:
  • Mengucapkan niat shalat tarawih sendiri berupa kalimat  اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
  • Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram
  • Takbiratul Ihram
  • Membaca Doa Iftitah
  • Membaca Surat Al-Fatihah
  • Membaca Surat Alquran
  •  Ruku'
  • I'tidal
  • Sujud
  • Iftirasy (Duduk di Antara Dua Sujud)
  • Sujud Kedua
Berdiri untuk mengerjakan rakaat yang kedua.
  • Membaca Surat Al-Fatihah
  •  Membaca Surat Alquran
  • Ruku'
  •  I'tidal
  • Sujud
  •  Iftirasy (Duduk di Antara Dua Sujud)
  • Sujud Kedua
  • Tasyahhud Akhir
  • Salam
Cara Mengurus Jenazah Covid 19

Keutamaan Shalat Tarawih

Pertama, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).

Kedua, shalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. An Nasai no. 1605, Tirmidzi no. 806, Ibnu Majah no. 1327, Ahmad dan Tirmidzi.)

Ketiga, shalat tarawih adalah seutama-utamanya shalat sunnah.
Ulama-ulama Hanabilah (madzhab Hambali) mengatakan bahwa seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dilakukan secara berjama’ah. Karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu. Kemudian shalat yang lebih utama lagi adalah shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu, sebelum atau sesudahnya). Shalat yang paling ditekankan dilakukan secara berjama’ah adalah shalat kusuf (shalat gerhana) kemudian shalat tarawih.( Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 2/9633.)

 Posting Yang Sering Dicari :
    1. Fiqih Tentang Corona

  1. Puasa Ayyamul Bidh

Penulis : Ustadz Abdullah Wahab
Editor   : Gus JK 






13.51

Panduan Ramadhan 2020 Di Tengah Pandemi Covid 19

kataucapanselamatcg.blogspot.com
al irmaniyah.Ramadhan merupakan momentum menguatkan hubungan hablum minallah dan hablum minnas. Tinggal hitungan jari, seluruh ummat Islam di dunia, termasuk Indonesia akan menjalankan ibadah shaum sebulan penuh.

Q.S Al Baqarah 183-184

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn

Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

 Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn

Terjemah Arti: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Situasi Ramadhan tahun 2020 berbeda dibandingkan tahun sebelumnya atau sepanjang perjalanan Ramadhan yang dilalui umat Muslim, di tengah situasi pandemi virus corona, masyarakat diimbau untuk banyak berdiam diri di rumah, termasuk beribadah, dalam hal ini kemenag mengeluarkan edaran terkait situasi pandemi Covid 19.
Baca Juga Qunut Nazilah Penengkal Covid 19
Berikut ini panduan lengkap ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri saat pandemi Corona, seperti tertuang dalam Surat Edaran Nomor 6 tahun 2020 yang diterbitkan Kemenag.
Versi lengkapnya link Edaran Panduan Ramadhan Kemenag 
  1. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan baik berdasarkan ketentuan fikih ibadah. 
  2. Sahur dan buka puasa dilakukan oleh individu atau keluarga inti, tidak perlu sahur on the road atau ifthar jama’i (buka puasa bersama). 
  3. Salat Tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah. 
  4. Tilawah/tadarus Al-Qur’an dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah SAW untuk menyinari rumah dengan tilawah Al-Qur’an. 
  5. Buka puasa bersama, baik yang dilaksanakan di lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala, ditiadakan. 
  6. Peringatan Nuzulul Qur’an dalam bentuk tablig dengan menghadirkan penceramah dan massa dalam jumlah besar, baik di lembaga pemerintahan, swasta, masjid maupun musala, ditiadakan.
  7. Tidak melakukan iktikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadan di masjid/musala. 
  8. Pelaksanaan Salat Idul Fitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah, baik di masjid atau di lapangan ditiadakan, untuk itu diharapkan terbitnya Fatwa MUI menjelang waktunya. 
  9. (Masyarakat diminta) agar tidak melakukan kegiatan sebagai berikut: Salat Tarawih keliling, Takbiran keliling, Pesantren Kilat, kecuali melalui media elektronik. 
  10.  Silaturahim atau halal bihalal yang lazim dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri, bisa dilakukan melalui media sosial dan video call/conference. 
  11. Pengumpulan Zakat Fitrah dan/atau ZIS (Zakat, Infak, dan Shadaqah) dihimbau segera membayar dan mendistribusikan dengan cepat.
  12. Petugas dalam melaksanakan pengumpulan dan pendistrubusian  menggunakn alat pelindung diri kesehatan.
  13. Dalam menjalankan ibadah Ramadan dan Syawal, seyogyanya masing-masing pihak turut mendorong, menciptakan, dan menjaga kondusifitas kehidupan keberagamaan dengan tetap mengedepankan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. 
  14. Senantiasa memperhatikan instruksi Pemerintah Pusat dan Daerah setempat, terkait pencegahan dan penanganan Covid-19.

Baca Juga Golongan Manusia Dalam Menghadapi Covid 19
Sebagai tambahan informasi bagi umat islam terkait dengan Ibadah Ramadhan Di tengah situasi Pandemi Covid 19 yang bersumber dari Kerajaan Arab Saudi sbb :

Panduan Ibadah Ramadhan Fatwa Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi: Shalat Tarawih dan Shalat Id Dilaksanakan di Rumah-Rumah Pada Kondisi Berlanjutnya Pandemi Corona.:

Yang Mulia Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi yang merupakan Ketua Komisi Ulama Senior dan Ketua Umum Direktorat Jenderal Penelitian Ilmiah dan Fatwa, Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Alu asy-Syaikh menjelaskan bahwa apabila shalat tarawih dan shalat id tidak memungkinkan dilaksanakan di masjid-masjid karena tindakan-tindakan preventif yang ditempuh oleh lembaga-lembaga khusus dalam rangka menanggulangi penyebaran pandemi corona, masyarakat hendaklah melaksanakan shalat tersebut di rumah masing-masing.

Pertanyaan pertama:
Apakah disyariatkan shalat tarawih di rumah?

Yang Mulia Syaikh menjawab,

“Terkait permasalahan shalat tarawih di rumah masing-masing pada bulan Ramadhan tahun ini karena tidak memungkinkan pelaksanaannya di masjid-masjid disebabkan tindakan-tindakan preventif yang ditempuh oleh lembaga-lembaga khusus penanggulangan virus corona baru, masyarakat hendaklah melaksanakan shalat tarawih di rumah masing-masing agar mendapatkan keutamaan menegakkan malam-malam Ramadhan yang berbarakah. Sebab, telah disebutkan dalam hadits sahih bahwa Nabi _shalallahu alaihi wasallam_ shalat malam pada bulan Ramadhan di rumah beliau. Demikian pula merupakan hal yang sudah diketahui bersama bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah dan tidak wajib.”

Pertanyaan kedua:
Apakah disyariatkan shalat id di rumah masing-masing?

Beliau menjawab,

“Apabila keadaan saat ini berlanjut sehingga shalat id tidak mungkin dilakukan di lapangan-lapangan dan masjid-masjid yang khusus untuk melaksanakannya, shalat id hendaklah dilaksanakan di rumah masing-masing tanpa disertai khutbah setelahnya.
Telah terbit fatwa dari Lembaga Tetap Urusan Fatwa yang di dalamnya menyebutkan, ‘Barang siapa yang tertinggal dari shalat id dan dia ingin mengqadhanya, disunnahkan baginya untuk melaksanakannya sesuai tata cara shalat id tanpa disertai khutbah setelahnya.’

Mengqadha shalat id bagi makmum yang tertinggal dari shalatnya imam, hukumnya sunnah. Maka dari itu, melaksanakan shalat id (di rumah) bagi orang-orang yang tidak ditegakkan shalat id di negerinya tentu lebih disyariatkan. Hal itu merupakan penegakan terhadap syiar Islam sesuai dengan kadar kemampuan.

Allah subhanahu wa taala berfirman,

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ

“Bertakwalah kalian kepada Allah (semaksimal mungkin) sesuai kesanggupan kalian.”

Nabi shalallahu alaihi wasallam juga bersabda

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Apabila aku memerintahkan kalian untuk melaksanakan sesuatu, lakukanlah (semaksimal mungkin) sesuai kemampuan kalian.”

Pertanyaan ketiga:
Sudah diketahui bersama bahwa batas waktu pembayaran zakat fitrah adalah bersamaan dengan selesainya pelaksanaan shalat id. Padahal bisa jadi, shalat id tidak diselenggarakan di kota-kota kecuali di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Pertanyaannya, kapankah batas waktu terakhir pembayaran zakat fitrah bagi kota-kota lain selain Makkah dan Madinah? Kapankah batas waktu terakhir disyariatkannya takbir (takbiran, Jw) yang dimulai sejak malam terakhir bulan Ramadhan jika shalat id tidak diselenggarakan?

Beliau menjawab,
“Batas waktu terakhir pembayaran zakat fitrah, takbir malam id dan pagi hari id di daerah yang tidak menyelenggarakan shalat id adalah beberapa saat setelah terbitnya matahari yang cukup untuk penyelenggaraan shalat id di daerah tersebut.
Sumber:  www.spa.gov.sa/2075735 dalam  https://bit.ly/3coE9Me

Posting Yang Sering Dicari :
Editor    : Gus JK

Sabtu, 18 April 2020

22.17

Makna Hikmah Dibalik Musibah Covid 19

gamabar darussalam.id
al irmaniyah.Virus yang sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya telah merambah hampir ke seluruh negara-negara besar di dunia. Mulai dari China, Korea Selatan, Singapura dan lainnya di daratan Asia, hingga ke Italia,Prancis dan lainnya di daratan Eropa. Data global menunjukkan sudah ada 213 negara terpapar, total 2.160.207 kasus terkonfirmasi, dan 146.088 kasus meninggal dunia.
Data update Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per Sabtu 18 April 2020 saat ini terakumulasi ada 6.248 kasus COVID-19 di seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu 631 sembuh, 535
meninggal dunia.
Baca Juga Kiat Islam Menghadapi Wabah Covid 19
Musibah merupakan kejadian yang datang atas ketentuan Allah SWT dan tidak bisa ditolak. Manusia diwajibkan untuk menghindar dari musibah yang sudah menimpa dirinya.

Musibah asal kata bahasa Arab ashaba yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan.

Kata musibah dengan pengertian seperti tersebut di atas dalam Alquran terdapat pada 10 tempat yakni surat Al Baqarah ayat 156, Ali Imran ayat 165, An Nisaa ayat 62 dan 72, Al Maidah ayat 49, At Taubah ayat 50, Al Qashash ayat 47, As Syura ayat 30, Al Hadid ayat 22, dan At-Taghabun ayat 11.

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)
Baca Juga Doa Menghadapi Wabah
Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa dipetik yaitu :

1. Musibah Mendidik Jiwa Dan Menyucikan Dosa

Allah Ta’ala Berfirman :

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْديكُمْ وَ يَعْفُوا عَنْ كَثيرٍ

Artinya : “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs, asy Syura: 30)

Dalam ayat ini, terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika mengetahui bahwa musibah yang dialami adalah merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat manusia.

2. Mendapatkan Kebahagiaan (Pahala) di Akhirat
Merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan).

3. Menjauhkan Sifat Kesombongan
Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka cobaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu dan mengangkat derajatnya. Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada Allah).” (QS. Al A’raaf: 168)

Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadap nikmat-Nya.

Ibnul Qayyim berkata, “Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga diri), dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha Suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.”

4. Memurnikan Tauhid Dan Menguatkan Hati
Allah Ta’ala Berfirman :

وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ

Artinya : “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (Qs, Fust Shilat : 51)
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon.
Dengan kembali kepada Allah seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita.

5. Membuat munculnya kesetiakawanan sosial terhadap sesama.
Di dalam hadis qudsi disebutkan, bahwa Allah akan berfirman kepada anak cucu Adam pada hari kiamat:

يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى . قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِى فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عِنْدَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى . قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى .قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى

“Wahai anak Adam, Aku sakit, namun mengapa kamu tidak menjenguk-Ku?” Anak Adam menjawab, “Ya Rabbi, bagaimana aku menjengukmu, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Kalau sekiranya kamu mau menjenguk, tentu kamu akan mendapati-Ku di dekatnya. Wahai anak Adam! Aku meminta makan kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku makan?” Ia berkata: “Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberi, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian di sisi-Ku. Wahai anak Adam! Aku meminta minum kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku minum?” Ia berkata, “Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Hamba-Ku si fulan telah meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberinya minum, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian itu di sisi-Ku.” (HR. Muslim)
Baca Juga Golongan Manusia Menghadapi Musibah Covid 19
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita semua dan meringankan ,menghilangkan musibah yang kita hadapi serta memantapkan langkah-langkah kita menghadapi covid 19 untuk segera berlalu. Aamiin

Posting Yang Sering Dicari


Ahad, 19 April 2020
Penulis   : Ustadz Abdullah Wahab
Editor     : Gus JK

09.25

Empat Golongan Manusia Dalam Menghadapi Musibah (Covid 19)

Ujian, Musibah dan Azab (Foto edited from kuliahislam.com)

Golongan Manusia Menghadapi Musibah

al irmaniyah.
Virus Corona Covid-19 sudah menjadi pandemi di seluruh Dunia, tidak terkecuali di Indonesia.

Data global menunjukkan sudah ada 213 negara terpapar, total 2.034.802 kasus terkonfirmasi, dan 135.163 kasus meninggal dunia.
Data update Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per Jum'at 17 April 2020 saat ini terakumulasi ada 5.923 kasus COVID-19 di seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu 607 sembuh, 520
meninggal dunia.

Wabah, musibah, penyakit, semua datang dari Allah Subhanahu Wata’ala. Allah adalah pemilik seluruh kerajaan bumi dan langit, termasuk pembuat penyakit. Karena itulah, setiap Allah ciptaan penyakit dan wabah, Allah pasti siapkan obatnya.

Bahwa segala urusan di muka bumi ini, semua yang berlangsung di atas dunia ini, adalah atas izin dan kehendak Allah. Seperti firman-Nya:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (QS At-Taghabun : 11).

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Arab-Latin: Mā aṣāba mim muṣībatin fil-arḍi wa lā fī anfusikum illā fī kitābim ming qabli an nabra`ahā, inna żālika 'alallāhi yasīr

Terjemah Arti: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.Q.S Al Hadid : 22)

Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
Tidaklah yang menimpa kalian wahai manusia berupa musibah di bumi seperti kegersangan, kurangnya buah-buahan, wabah penyakit tanaman, mahalnya harga dan lain lain serta musibah yang menimpa diri kalian seperti sakit, kefakiran dan kehilangan anak itu kecuali telah ditulis di Lauhil Mahfudz sebelum kami menciptakan apapun. Bagi Allah SWT, menetapkan hal itu dalam kitabNya merupakan perkara yang mudah dan gampang.

Musibah yang menimpa manusia bukan karena Allah swt tidak sayang pada manusia semata hanya untuk  menguji kadar keimanan  dan ketaqwaan manusia kepada Allah swt. Ada 4 (empat) golongan manusia dalam menyikapi adanya musiabah :

1) Orang Yang Sabar, Sabar merupakan suatu sikap menahan diri dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar itu bentuk kemampuan pengendalian diri sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang dimilikinya Sabar dalam agama Islam memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar.


الصَّابِرِينَ وَبَشِّرِ وَالثَّمَرَاتِ وَالأَنْفُسِ  الأَمْوَالِ مِنَ وَنَقْصٍ وَالْجُوعِ الْخَوْفِ مِنَ بِشَيْءٍ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)

2) Orang Yang Ridha, Ridha menurut bahasa artinya rela. Sedangkan menurut istilah Ridha adalah menerima dengan senag hati atas segala yang di berikan oleh Allah SWT baik berupa hukuman atau ketentuan yang telah di tetapkan- Nya.
Sikap Ridha harus di tunjukan baik ketika menerima nikmat maupun pada saat menerima cobaan. Kebanyakan manusia berat menerima keadaan yang menimpa dirinya seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, perangkat, kedudukan, kematian keluarganya dan lain-lain.


وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)

3) Orang Yang Bersyukur, Imam al-Ghazali juga memgingatkan kita semua bahwa cara bersyukur kepada Allah itu lewat hati, dengan lisan dan dengan amal perbuatan. Mari kita memaafkan kesalahan hari kemarin, bersyukur pada apa yang diraih hari ini, dan berdoa untuk masa depan yang lebih baik.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd

Terjemah Arti: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Q.S Ibrahim : 7)

قَا اللهُ تَعَالىَ : يَاابْنَ اَدَمَ, اِنَّكَ مَاذَكَرْتَنِى شَكَرْتَنِى, وَاِذَامَانَسِيْتَنِى كَفَرْتَنِى (رواه الطبرانى عن ابى هريرة)

“Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak Adam, bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti engkau mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti engkau telah mendurhakai Aku!”. (H.R Thabrani)

4) Orang Yang Berkeluh Kesah,  Ini jelas sekali disebutkan Allah Swt dalam firman-Nya berikut ini

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij; 19-21)
Dalam tiga ayat pendek di atas, sungguh seakan-akan setiap kalimatnya merupakan sebuah sentuhan dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat-sifat manusia, dengan kalimat-kalimat singkat membicarakan gambaran kehidupan. Dari celah-celahnya digambarkanlah manusia dengan sifat-sifat aslinya, yaitu "keluh kesah" ketika ditimpa kesusahan dan "kikir" ketika mendapat kesenangan.
Covid 19

Posting Yang Sering Di Cari
  1. 3 Langkah Menghadapi wabah Covid 19 
  2. Qunut Nazilah Menangkal Wabah
  3. Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh
Jum'at, 17 April 2020
Penulis   : Ustadz Drs. H Budi S
Editor     : Gus JK



Rabu, 15 April 2020

17.15

Mengapa Jenazah Covid 19 Ditolak


Karangan bunga berisi protes kepada oknum warga penolak pemakaman jenazah COVID-19 di Kelurahan Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Minggu (12/4). (ANTARA | AJI STYAWAN)

al-irmaniyah.Tiga orang yang diduga jadi provokator otak penolakan pemakaman jenazah seorang perawat yang meninggal dunia karena Covid-19 telah ditangkap polisi pada Sabtu (11/4/2020) sekitar 12.30 WIB.

Tiga pria yang ditetapkan tersangka tersebut diketahui merupakan tokoh masyarakat di Desa Sewakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang yakni THP (31), BSS (54), dan S (60), mereka diduga memprovokasi 10 warga untuk memblokade jalan masuk menuju pemakaman.

Mengapa mereka melakukan penolakan pemakaman jenazah akibat terpapar covid 19, bisa jadi akibat ketidaktahuan tentang covid 19, sikap egoistis diri dan lingkungan hilangnya rasa kepedulian sosial terhadap sesama diperparah lagi dengan adanya povokasi dari pihak tertentu.

Mewaspadai penularan virus Covid-19 adalah sebuah keharusan. Sebab wabah tersebut memang amat membahayakan. Namun kewaspadaan itu tidak boleh kebablasan. Hingga menyeret kepada sikap panik berlebihan.

Banyak penolakan terjadi, dikarenakan rumor yang berkembang, bahwa jenazah bisa menularkan virus.
Sehingga membahayakan lingkungan sekitar. Jenazah terkait COVID-19 mendapatkan perlakuan sesuai prosedur operasional standar internasional. Tubuh jenazah dibungkus dalam kantong plastik lalu dikafani, kemudian dibungkus plastik lagi dan dimasukkan dalam peti yang tertutup rapat. Peti ini juga telah dibersihkan dengan disinfektan. Terakhir jenazah segera dimakamkan.

Pemulasaran jenazah dilakukan oleh petugas terlatih yang memang berwenang untuk melakukan itu. Sehingga tidak ada kemungkinan virus corona, yang tidak bertahan lama di luar tubuh manusia, untuk menyebar di daerah sekitar pemakaman.

Cara penangan Jenazah covid 19 sudah sesuai dengan protokol penguburan jenazah sudah dibuat sesuai dengan protokol Kementerian Agama dan fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 18 tahun 2020, artinya berupaya keras melindungi semua warga negara dari COVID-19.
Cara Mengurus Jenazah Covid 19
Pakar Kesehatan Kepala Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr. Soetomo Surabaya dr. Edi Suyanto SpF, SH, MH, mengatakan

“Secara ilmiah ilmu kedokteran, korban atau jenazah kemungkinan menularnya sudah tidak ada. Apalagi virus corona. Dia (virus corona) harus hidup pada inangnya. Inangnya sudah mati, virusnya juga ikut mati. Sama dengan HIV/AIDS sama H5N1 (Flu Burung) “.

Hermawan Saputra, anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menambahkan, “Corona ditularkan melalui batuk dan bersin".

Apakah jenazah pasien Covid-19 yang telah dimakamkan bisa menyebarkan virus Corona, SARS-CoV-2 melalui tanah? Menjawab hal tiu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, menjelaskan jika jenazah telah dimakamkan, maka tidak ada potensi virus menyebar dan menular melalui tanah seperti antraks.

"Tidak (menyebar dan menularkan melalui tanah). Virus kan memerlukan sel inang hidup untuk bertahan hidup. Kalau antraks, kan, bakteri," kata Panji kepada Kompas.com, Rabu 8 April 2020. Sel inang untuk virus Corona, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ini adalah reseptor ACE2 dalam sel RNA manusia.

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang pasti kematiannya. Tidak ada satu manusia pun yang abadi. Hal ini sendiri telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Q.S. Ali Imran:185].

Dalam islam, dianjurkan agar proses pemakaman jenazah disegerakan. Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَسْرِعُوا بِالْجَنَازَةِ ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ ، وَإِنْ تَكُ غَيْرَ ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ

Segerakanlah pengurusan jenazah. Jika dia orang baik, berarti kalian menyegerahkan dia untuk mendapat kebaikan. Jika dia bukan orang baik, berarti kalian segera melepaskan keburukan dari tanggung jawab kalian. (HR. Bukhari 1315 & Muslim 944).
Fiqih Tentang Covid 19
Manakala ada penolakan jenazah, itu akan berakibat tertundanya pemakaman. Bahkan di suatu wilayah, karena ditolak di mana-mana, jenazah sempat tertahan hingga dua hari, bila jenazah yang terkatung-katung tadi adalah orang tua kita, bagaimana gerangan perasaan kita?
Ingat, balasan yang akan didapatkan seseorang, adalah sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.
Semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua  " Jika ada Jenazah apapun mereka segerakanlah untuk dimakamkanya janganlah menolaknya kalau ingin dikatakan dikatakan orang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT"
Doa Menghadapi wabah Covid 19
Jumlah penderita COVID-19 secara global per senin 13 april 2020 terkorfirmasi 1.846.680 orang, sembuh 421.497 orang , meninggal 114.090 orang di Indonesia  Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat penderita penyakit virus corona (COVID-19) jumlah pasien positif terkini menjadi 4.241 orang. Dari total tersebut, 359 pasien dinyatakan sembuh dan 373 orang meninggal dunia.

Penulis  : Ustadz Abdullah Wahab
Editor    : Gus JK

17.06

Qunut Nazilah Dalam Menghadapi Wabah Covid 19



Jamaah sholat Dzuhur di Masjid Istiqlal membaca qunut nazilah, berharap semoga wabah virus corona segera berakhir (Foto: Agung Pambudhy/detiikcom)

al-irmaniyah.Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Tausiyah selasa tanggal 3 Maret 2020 terkait penyebaran virus corona di Indonesia. Dewan Pengurus MUI mengajak semua elemen bangsa, khususnya yang beragama Islam, untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT agar terhindari dari musibah ini.


Melalui Wakil Sekretaris jenderal (Wasekjen) MUI KH. Solahuddin Al Aiyub mengatakan, perbanyak taubat, memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, meninggalkan perilaku dzalim, memperbanyak sedekah, dan meninggalkan permusuhan, karena penyebaran virus Corona ini bisa jadi merupakan peringatan dari Allah SWT. Mengajak umat Islam untuk melakukan Qunut Nazilah di setiap shalat fardhu.

Pengertian Qunut Nazilah
Lafadz Qunut (قنوت) dalam hal ini artinya berdoa saat berdiri dalam shalat. Sedangkan Nazilah (نازلة) artinya : Bencana yang sangat berat.

Tata cara ini tercatat dalam hadits riwayat Ahmad, “Rasulullah SAW melaksanakan qunut nazilah selama sebulan secara berturut-turut di dalam Shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh. Setiap kali usai mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah" Dari raka'at terakhir, mendo'akan kejelekan atas mereka, yaitu perkampungan Ri'il, Dzakwan dan 'Ushayyah dari Bani Sulaim. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengucapkan "Aamiin". (HR. Ahmad)

Pada saat Shalat Maghrib, Isya dan Subuh, lanjut dia, dibaca secara Jahriyah atau keras, sedangkan untuk shalat dhuhur dan ashar dibaca pelan. Ketika shalat berjamaah, Imam shalat dimohonkan mengumumkan lafadz doa Qunut Nazilah dengan mengganti kata untuk diri sendiri (mutakallim wahdah, ni/saya) menjadi na (mutakallim ma’al ghair, kita), sementara makmum cukup mengaminkan saja.

Qunut Nazilah secara umum maksudnya adalah doa yang dipanjatkan saat berdiri dalam shalat, setelah i’tidal pada rakaat terakhir, saat terjadi bencana besar yang menimpa kaum Muslimin secara massal.

Berikut ini adalah doa qunut nazilah yang Rasulullah bacakan, setelah ditimpa musibah terbunuhnya para sahabat rombongan Al-Qurra.

Doa Qunut Nazilah:

“Allahumma inna nasta'inuka wa nastaghfiruka, wa nastahdika wa nu'minu bika wa natawakkalu alaika, wa nutsni alaikal khaira kullahu nasykuruka wa la nakfuruka, wa nakhla'u wa natruku man yafjuruk. Allahumma iyyaka na'budu, wa laka nushalli wa nasjud, wa ilaika nas'a wa nahfid, narju rahmataka wa nakhsya adzabak, inna adzabakal jidda bil kuffari mulhaq”.
Artinya:
"Ya Tuhan kami, kami memohon bantuan-Mu, meminta ampunan-Mu, mengharap petunjuk-Mu, beriman kepada-Mu, bertawakkal kepada-Mu, memuji-Mu, bersyukur dan tidak mengingkari atas semua kebaikan-Mu, dan kami menarik diri serta meninggalkan mereka yang mendurhakai-Mu. Tuhan kami, hanya Kau yang kami sembah, hanya kepada-Mu kami hadapkan sholat ini dan bersujud, hanya kepada-Mu kami berjalan dan berlari. Kami mengharapkan rahmat-Mu. Kami takut pada siksa-Mu karena siksa-Mu yang keras itu akan menimpa orang-orang kafir."
Doa Meolak Wabah
Bacaan Doa Qunut Nazilah Berdasarkan Imbauan MUI, terkait dengan wabah corona :

Bacaan Latin
Allahummahdini fi man hadait, wa afini fi man afait wa tawallani fi man tawallait, wa barikli fi ma athait, wa qini syarra ma qadhait, fa innaka taqdhi wa la yuqdha alaik, wa innahu la yadzillu man walait, wa la yaizzu man adait, tabarakta rabbana wa taalait, fa lakalhamdu ala ma qadhait, astgahfiruka wa atubu ilaik.
Allahummadfa annal ghalaa wal wabaa wal fakhsyaa wal munkar was syuyufal mukhtalifata was syadaidal mihan, ma dzhara minha wa ma bathana, min baladina hadza khassah, wa min buldanil muslimina aammah, innaka ala kulli syaiin qadir, wa shallallahu ala sayyidina muhammadin wal hamdulillahi rabbil alamin.
Artinya:
“Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan seperti orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama-sama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau pimpin.
Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari kejahatan yang Engkau pastikan. Karena sesungguhnya Engkau-lah yang menentukan dan tidak ada yang menghukum (menentukan) atas Engkau. Sesungguhnya tidaklah akan hina orang-orang yang telah Engkau beri kekuasaan.
Dan tidaklah akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Berkahlah Engkau dan Maha Luhurlah Engkau. Segala puji bagi-Mu atas yang telah Engkau pastikan. Aku mohon ampun dan tobat kepada Engkau. Semoga Allah memberi rahmat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya.
 Posting Yang Sering Dicari:

  1. Fiqih Tentang Covid 19
  2. Cara Mengurus Jenazah Covid 19
Penulis  : Ustadz Abdullah Wahab
Editor    : Gus JK
             


Sabtu, 11 April 2020

21.42

Cara Islam Menolak / Menangkal Wabah Cofid 19


al-irmaniyah.Virus Corona Covid-19 sudah menjadi pandemi di seluruh Dunia, tidak terkecuali di Indonesia, namun tidak sedikit yang masih belum mengetahui apa itu virus Covid-19.

Data global menunjukkan sudah ada 211 negara terpapar, total 1.282.931 kasus terkonfirmasi, dan 72.774 kasus meninggal dunia.
Data update Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per Rabu 8 April 2020 menyebutkan saat ini terakumulasi ada 2956 kasus COVID-19 di seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu 222 sembuh, 240 meninggal dunia.(https://tirto.id 8 april 2020)

Apaitu Virus Corona?
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi manusia dan hewan. Pada manusia banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. hingga juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Apa itu COVID-19?
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang paling baru saja ditemukan setelah adanya wabah di Wuhan Cina pada Bulan Desember 2019 lalu..

Gejala Virus Corona
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa berupa gejala flu, seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.Setelah itu, gejala bisa memberat. Pasien bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.

Cara penularan corona / covid 19 dapat berbagai hal antara lain :
  1. Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batul dan bersin dari orang yang terpapar.
  2. Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan dengan orang yang terpapar.
  3. Menyentuh benda atau permukaan dengan virus  di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata.
  4. kontaminasi tinja dengan orang yang terpapar (jarang terjadi)
Corona dalam bahasa arab yang artinya berhubungan, berterusan, oleh karena itu penularannya dengan cara bersinggungan berhubungan sehingga terus bisa menular dengan cepat.
Oleh karena itu mari kita sebut dengan istilah QIF 19.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi virus Corona, di antaranya:
  1. Mencuci tangan dengan benar. Mencuci tangan dengan  benar adalah cara paling sederhana namun efektif untuk mencegah penyebaran virus Covid 19, jika tidak ditemukan air dapat menggunakan  hand sanitizer. 
  2. Menggunakan masker. Masker yang digunakan untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu masker bedah dan masker N95.Masker bedah atau surgical mask merupakan masker sekali pakai yang umum digunakan.Sedangkan masker N95 adalah jenis masker yang dirancang khusus untuk menyaring partikel  berbahaya di udara. Jenis masker inilah yang sebenarnya lebih direkomendasikan untuk mencegah infeksi virus Corona.
  3. Menjaga daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang kuat dapat mencegah munculnya berbagai macam penyakit. Untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh, disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, seperti sayuran dan buah-buahan, dan makanan berprotein, seperti telur, ikan, dan daging tanpa lemak. Bila perlu bisa menambah konsumsi suplemen sesuai anjuran dokter.
  4. Tidak pergi ketempat  /  negara terjangkit. Disarankan untuk tidak bepergian ketempat-tempat yang sudah memiliki kasus infeksi virus Corona atau berpotensi menjadi lokasi penyebaran coronavirus, baik di luar maupun dalam negeri.
  5. Jaga Jarak aman( physical distancing). Disarankan untuk melakukan physical distancing dengan cara menjaga jarak minimal 1 meter saat berinteraksi dengan orang lain dan hindari bepergian ketempat yang ramai.
  6. Menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi menularkan coronavirus. Coronavirus jenis baru diduga kuat berasal dari kelelawar dan disebarkan oleh beberapa hewan mamalia dan reptil. 
  7. Menghindari makanan yang haram atau tidak jelas kekhalalannya (halal food), misalnya ular dan kelelawar. Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT: "...........Dan dihalalkan bagi mereka segala yang baik dan diharamkan bagi mereka segala yang jelek (khobits)......."(Qs. Al'Araf:157)
  8. Selalu menjaga wudhu. Selain kondisi kita selalu dalam keadaan suci untuk bisa beribadah, wudhu juga membuat  kita akhirnya sering membasuh tangan dan wajah sehingga tetap bersih.
  9. Ketika bersin, pastikan menunduk, menutup mulut dan hidung, dan ucapkan alhamdulillah. Hal ini dapat mencegah penyebaran penyakit sekaligus saling mendoakan. Sesuai dengan Hadist Rasulullah : "Jikaseseorang di antara kalian bersin, maka ucapkan  alhamdulillah (segala puji bagi  Allah). Hendaklah saudaranya mengucapkan yarhamakullah (semoga Allah merahmatimu). Jika ia mengucapkan yarhamukallah, ucapkanlah yahdikumullah wayushlihbaalakum (semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaanmu)."
  10. Selalu berdoa agar dijauhkan dari penyakit, wabah, dan mara bahaya. Dan untuk menangkal wabah penyakit. Lafal doa berikut ini pernah diajarkan oleh Rasulullah untuk berlindung dari wabah dan penyakit mengerikan lainnya.  
اللهم انا نعوذبك من البرص والجنون والجذام وسئ الاسقام( رواه ابو داوود والنساء)

Allāhumma innī a‘ūdzu bika minal barashi, wal junūni, wal judzāmi, wa sayyi’il asqāmi. (HR. oleh Abu Dawud dan An Nasa’I )

Artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari penyakit lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk.”

Usaha lahir sudah wajib dilakukan sesuai dengan cara – cara tersebut diatas sesuai dengan arahan para ahli dan  pemerintah agar terhindar dari coronavirus cofid 19, namun demikian usaha bathin perlu dilakukan bersama dengan banyak – banyak berdoa pada Allah, antara lain sebagaimana tersebut dibawah ini.

ISTI’ADZAH  BILLAH (BERLINDUNG KEPADA ALLAH)
Dasar
1. Allahush shamad (QS. AL-Ikhlas : 2)
2. Waktu dapat dilakukan sesudah shalat fardhu, kalau karena kesibukan bisa kapan aja yang penting
     ikhlas dan yakin bahwa Allah pasti akan menolongNya.
3. Langkah – Langkah :
a) Kedua telapak tangan  ditengadahkan, kita lihat angka 18 dan 81 jumlah 99. Isyarat bahwa Allah
     memiliki sifat 99 (AsmaulHusna).
b) Membaca surat Al-Fatihah, pada ayat: Iyya kanakbudu wa iyya kanasta’in diulang 7x.
c) Membaca ayat Kursi, sampai pada wa laa yaudduhu hifduhuma wahual aliyul adzim diulang 7x.
d) Membaca surat Al-Ikhlas. 1x
e) Membaca surat Al-Falaq. 1x
f) Membaca Surat An-Nas. 1x
g) Ditutup dengan Shadaqallahuladziim. Tiupkan kepada telapak tangan, kemudian diusapkan
     keseluruh badan kita.
h) Membaca doa perlindungan dari virus, bakteri, kuman, serta penyakit, sebagai berikut:

اللهمَ ان هذا المَرَضَ جُنْدٌ مِنْ جُنْدِكَ تُصِيبُ بِهِ مَنْ تَشَاءُ وَتَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ تَشَاءُ , اَلّلهُمَّ فَاَصْرِفْهُ عَنَّا , وَبُيُوْتِنَا,وَعَنْ اَهْلِنّا,وَاَزْوَاجِنَا, وَذُرَارِيْنَا,وَبِلَادِنَا   ×3   وَبِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ , وَاحْفَظْنَا مِمَّا نَخَافُ وَنحْذَرُ, وَاَنْتَ خَيْرٌ حَافِظًا  ×3,    وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّحِمِيْنَ ...امين          
           
Artinya :
Ya Allah sesungguhnya (wabah) penyakit ini adalah pasukan dari pasukan-pasukanmu yang engkau timpakan penyakit ini kepada siapa yang engkau kehendaki. Dan engkau bebaskan (jauhkan) dari siapa yang engkau kehendaki.
Ya Allah.Jauhkanlah musibah wabah atau penyakit itu dari kami, dari keluarga rumah kami, dari keluarga kerabat kami, istri suami kami, dan anak-anakcucu kami, serta kampung wilayah negeri kami, dan juga negeri orang-orang muslim.
Ya Allah jagalah/lindungilah kami dari wabah penyakit yang kami takuti dan kami khawatirkan. Engkaulah sebaik-baik pelindung (penjaga)
Ya hafidu ya nasir
(Wahai dzat yang Maha melindungi, dzat yang Maha menolong) dan Engkaulah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang).

Magelang 5 April 2020
Penulis : Ustadz. Drs.H. Ridwan Rois
Editor : GUS JK