Blog Yang Membahas Tentang Hukum Islam, Ilmu Pengetahuan, Pendidikan Agama dan Akhlak Perilaku Manusia

Post Top Ad

Post Top Ad

Minggu, 01 November 2020

21.21

Korelasi Sujud Tilawah dan Ayat Ayat Sajdah

Sumber gambar : https://kepri.haluan.co/


Korelasi Ayat Ayat Sajdah dan Sujud Tilawah

Quran Surat Al-Hajj Ayat 77

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱرْكَعُوا۟ وَٱسْجُدُوا۟ وَٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱفْعَلُوا۟ ٱلْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ۩

Yā ayyuhallażīna āmanurka'ụ wasjudụ wa'budụ rabbakum waf'alul-khaira la'allakum tufliḥụn

Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

Sujud menjadi salah satu gerakan dalam ibadah ajaran Islam. Terdapat empat macam sujud yang dilakukan sesuai keadaan tertentu, seperti sujud dalam salat, sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud Tilawah.

Sujud Tilawah dilaksanakan ketika seseorang membaca atau mendengar penggalan dari surah Al-Quran yang termasuk ayat sajdah, baik ketika salat maupun tidak.Untuk sementara ini yang menjadi pembahasan yang terkait dengan sujud tilawah.

Pengertian Sujud Tilawah

Sujud Tilawah merupakan bentuk sujud ketika mendengar atau membaca salah satu penggalan ayat SAJDAH dari kitab suci Al-Quran.

Mengenali ayat sajdah dalam Al-Quran biasanya ditandai dengan simbol seperti kubah atau tugu, ada pula yang membuat tulisan kecil as-sajdah . Tanda tersebut bisa terletak di pinggir halaman yang sebaris dengan ayat tersebut, bisa pula berada di ujung atau akhir ayat sajdah. Letak tanda tergantung pada cetakan mushaf.

Sujud Tilawah dilakukan sebagai bentuk merendah atas kebesaran Allah SWT, sujud pada umumnya merupakan bentuk kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT, dan didalam sujud seluruh kondisi anggota tubuh mengambil bagian untuk melaksanakan tunduknya seorang hamba kepada-Nya.

 

Hukum Sujud Tilawah

Hukum sujud Tilawah adalah sunnah. Sesuai dengan hadis shahih berikut,

Dari Ibnu Umar ra, sebenarnya Rasulullah SAW. suatu saat beliau pernah membaca al-Quran di depan kami, maka ketika beliau sampai pada ayat sajdah, beliau takbir dan bersujud, dan kamipun ikut bersujud bersama beliau (HR. Abu Dawud), hadits yang juga sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Ia bertanya kepada Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu. Beliau mengaku pernah membacakan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam surah an-Najm dan beliau tidak sujud. (HR. Bukhari, Kitab Sujudul Quran, Bab Man Qaraa as-Sajdah wa lam Yasjud)

Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Ketika anak adam membaca ayat As-Sajdah kemudian ia bersujud maka setan menyendiri dan menangis. Ia berkata, celaka, anak adam diperintah untuk bersujud dan ia pun bersujud maka surgawi. Dan aku telah diperintah untuk bersujud namun menolak maka bagiku neraka. (HR. Muslim)

Ibnu Umar menyatakan, Adalah nabi membacakan Al-Quran kepada kita, maka ketika melewati ayat As-Sajdah beliau bertakbir dan bersujud, dan kami pun bersujud bersamanya. (HR. Abu Dawud)


Tata Cara Sujud Tilawah

Para ulama bersepakat bahwa sujud tilawah cukup dengan sekali sujud.

Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam shalat.

Tidak disyari’atkan -berdasarkan pendapat yang paling kuat- untuk takbiratul ihram dan juga tidak disyari’atkan untuk salam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَسُجُودُ الْقُرْآنِ لَا يُشْرَعُ فِيهِ تَحْرِيمٌ وَلَا تَحْلِيلٌ : هَذَا هُوَ السُّنَّةُ الْمَعْرُوفَةُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ عَامَّةُ السَّلَفِ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ عَنْ الْأَئِمَّةِ الْمَشْهُورِينَ

“Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah tidaklah disyari’atkan untuk takbiratul ihram, juga tidak disyari’atkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah ma’ruf dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga dianut oleh para ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur.” (Majmu’ Al Fatawa, 23/165)

Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Wa-il bin Hujr, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir. Beliau pun bertakbir ketika sujud dan ketika bangkit dari sujud.” (HR. Ahmad, Ad Darimi, Ath Thoyalisiy. Hasan)

Lebih utama sujud tilawah dimulai dari keadaan berdiri, ketika sujud tilawah ingin dilaksanakan di luar shalat. Inilah pendapat yang dipilih oleh Hanabilah, sebagian ulama belakangan dari Hanafiyah, salah satu pendapat ulama-ulama Syafi’iyah, dan juga pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Dalil mereka adalah:

إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّداً

Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.”(QS.Al Isro’: 107). Kata mereka, yang namanya yakhirru (menyungkur) adalah dari keadaan berdiri.

Namun, jika seseorang melakukan sujud tilawah dari keadaan duduk, maka ini tidaklah mengapa. Bahkan Imam Syafi’i dan murid-muridnya mengatakan bahwa tidak ada dalil yang mensyaratkan bahwa sujud tilawah harus dimulai dari berdiri. Mereka mengatakan pula bahwa lebih baik meninggalkannya. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/449)

Berikut beberapa ayat sajdah dalam kitab suci:

Al-Araf (7) ayat 206, Ar-Rad (13) ayat 15, An-Nahl (16) ayat 50, Al-Isra (17) ayat 107 - 109, Maryam (19) ayat 58, Al-Hajj (22) ) ayat 18, Al-Hajj (22) ayat 77, Al-Furqan (25) ayat 60, An-Naml (27) ayat 2426, As-Sajdah (32) ayat 15, Shad (38) ayat 24, Fushshilat (41) ) ayat 37 38, An-Najm (53) ayat 62, Al-Insyiqaq (84) ayat 20 - 21, Al-Alaq (96) ayat 19

إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud (Qs. Al-A'raf : 206)

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِن دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) (Qs. An-Nahl : 50)

وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk (Qs. Al-Isra':109)

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis (Qs. Maryam:58)

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ

Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki (Qs. Al-Hajj:18)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung (Qs. Al-Hajj : 77)

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang agung.” (Qs. An-Naml : 26)

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri (Qs. As-Sajdah : 15)

فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ

Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang hari, sedang mereka tidak pernah jemu (Qs. Fussilat:38)

فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا

Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia) (Qs. An-Najm : 62)

وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ

Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau) bersujud (Qs. Al-Insyiqaq : 21)

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب

Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah) (Qs. Al-'Alaq : 19)

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِ ۖ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ

Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zhalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zhalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat (Qs. Sad : 24)

Bacaan Sujud Tilawah 

“Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo samahu, wa bashorohu bi khaulihi wa kuuwatihi fatabarakallahu ahsanul kholiqiin.

Artinya:

 Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, yang membentuk, dan yang memberi pendengaran dan penglihatan, Maha berkah Allah sebaik-baik pencipta ??. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Tirmidzi dan nasai).

Walau sujud tilawah hukumnya sunnah muakkad, namun sujud ini sangat cocok untuk dilakukan. Waktu yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika bersujud, maka perbanyaklah berdoa.

Magelang    : Ahad 1 November 2020

Penulis        : Ustadz Drs.KH Ridwan Rois

Editor          : Gus JK

Minggu, 18 Oktober 2020

21.28

Istighfar dan Taubat Cara Ampuh Menyelesaikan Masalah


Istighfar dan Taubat


Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh : 222).


Dalam surat yang lain Allah berfirman Artinya: "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat".(QS. Hud : 3)

Hadist Rasulullah, Membaca Istighfar bagi umat muslim juga berarti bertaubat kepada Allah SWT. Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat kepadanya. Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah SWT. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah).


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من أكثر من الاستغفار جعل الله له من كل هم فرجا ومن كل ضيق مخرجا ورزقه من حيث لا يحتسب.


Rasulullah bersabda, “Siapa yang memperbanyak istighfar maka Allah akan mengambil langkah-langkah kelapangan dari setiap kegundahan, jalan keluar dari setiap kesempitan, dan Dia memberikan rezeki dari jalan yang tidak terduga.”(HR Imam Ahmad bin Hanbal dari sahabat Ibnu Abbas)


Bacaan istighfar     أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم و أتوب إليه

 
Astaghfirullah, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih.
 
“Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya.”

Keutamaan Membaca Istighfar


1. Taubat


Keutamaan istighfar kepada Allah SWT lainnya adalah menggugurkan dosa dalam taubat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam Hadist Riwayat Bukhari nomor 6307 yang artinya:

"Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali."

2.  Beristighfar akan menghapus dosa


Semua orang pastinya pernah berbuat salah dan berdosa maka cobalah untuk beristghfar dan bertaubatlah niscaya Allah akan menghapus dosa umatnya yang bertaubat kepada Allah. Rasulullah pernah bersabda, “Allah telah berkata, “Wahai hamba-hamba Ku, setiap dari kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosa nya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak perduli berapa banyak dosanya.” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).


3. Mendapat balasan surga

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan suatu perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah SWT, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah SWT ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran : 135 – 136).


4. Pintu Rezeki

Mengamalkan kalimat istighfar dapat membuka pintu rezeki seseorang. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Nuh (10-12) yang artinya:

"Maka aku katakan kepada mereka 'mohon ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai."

5. Dimudahkan Urusannya

Keutamaan istighfar juga dijanjikan Allah SWT, dapat memberikan jalan keluar dari segala masalah hidup yang terjadi.

Dalam Hadist Riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:

"Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka."


Magelang  Medio Oktober 2020
Penulis    : Ustadz Drs.KH Thohari Syamhari
Editor      : Gus JK        

Selasa, 28 April 2020

15.35

Keutamaan dan Pahala Membaca Al Qur'an Bulan Ramadhan

Keutamaan Membaca Al Qur'an

al irmaniyah.Bulan Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat islam. Bulan yang penuh dengan keberkahan, bulan dimana setiap perbuatan ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Namun demikian ada hal yang perlu diperhatikan susuatu yang bisa dilakukan dan yang dilarang oleh Allah SWT dalam menjalankan puasa.

Perintah Puasa dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa QS.Al Baqarah : 183

Tentunya tak heran jika Rasulullah SAW sering membaca Al-qur’an pada bulan ini. Allah Ta’ala berfirman :“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” QS. (Al Baqarah : 185)

Dibawah ini amalan dan  pahala yang didapat dari membaca Al Qur'an sbb:

Baca Juga Panduan Ramadhan disaat Pandemi

1. Mendapatkan Pahala Hingga 700 Kali Lipat

Allah SWT melipatgandakan pahala kebaikan yang dilakukan setiap manusia hingga 700 kali lipat.

Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW

“Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya), satu kebaikan akan dibalas dengan 10 sampai 700 kali lipat. Allah Swt. berfirman: Kecuali puasa, sesungguhnya itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim)

2. Membaca satu huruf Al-Qur’an akan memperoleh sepuluh kebaikan

Sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” ( HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

Begitu juga Sabda beliau,

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam” ( HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468)

3. Mendapakan Syafaat di Akhirat

Rasulullah SAW sendiri pernah menyebut puasa dan Al-Quran bersama-sama menjadi penolong manusia saat hari pengadilan tiba.
“Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba kelak pada hari kiamat. "Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat di siang hari, maka perkenankanlah aku untuk memberikan syafaat kepadanya’.
"Dan Al Qur’an juga berkata, ’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, maka perkenankanlah aku untuk memberi syafaat kepadanya.’
"Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani)

4.  Membaca Al Qur'an akan Didoakan Malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang mahir membaca al Qur’an bersama malaikat yang terhormat, dan yang membaca al Qur’an sedangkan ia terbata-bata serta mengalami kesulitan maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari / 4937 dan Muslim / 798).

“Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur’an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Baca Juga  Golongan manusia menghadapi wabah

5. Membaca Al Qur'an Mulia di Hadapan Allah

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dikatakan kepada sahabat al Qur’an, ‘Bacalah dan mendakilah! Bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membaca dengan tartil di dunia! Maka sesungguhnya tempatmu di akhir ayat yang kamu baca.’” (HR. Abu Dawud / 1300).


6. Pahala Diingat Oleh Allah

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki keluarga di antara manusia.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa mereka?” Beliau bersabda, “Mereka adalah ahlul Qur’an yang menjadi keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.” sungguh luar biasa pahala mengaji di bulan Ramadhan yakni ia dianggap oleh Allah sebagai hamba yang dekat padaNya.

7. Membaca Al-Qur’an mengangkat derajat orangtua di akhirat

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Barang siapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya, maka kedua orangtuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah di dunia ini. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkannya? (HR. Abu Dawud)

Posting Yang Sering Dicari :
Penulis  : Abdullah Wahab
Editor    : Gus JK

Sabtu, 25 April 2020

12.17

Amalan- Amalan Sunnah Bulan Ramadhan


Gambar : pt.slideshare.net/


Amalan  Bulan Ramadhan

al irmaniyah. BULAN Ramadan yang diperingati setiap satu tahun sekali menjadi momen istimewa bagi umat muslim di penjuru dunia. Ramadan identik dengan bulan penuh ampunan dan keberkahan. Semua amal kebaikan yang dilakukan saat bulan Ramadan akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Maka dari itu, umat islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti dengan mengerjakan amalan -amalan sunnah.

Amalan yang khas pada bulan Ramadhan adalah puasa ramadhan pada siang hari dan malam hari dilanjutkan dengan shalat tarawih sebagaimana termaktub dalam. Surat Al-Baqarah Ayat 183-185

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya: “Bagaimana shalat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab, “Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau di luarnya- lebih dari 11 raka’at. Beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at.” [HR Bukhari]

Berikut doa dan amalan menjelang  dan selama bulan Ramadan 2020 / 1441 Hijriah:

1. Doa agar disampaikan ke bulan Ramadan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya : “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah (umur) kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad).

Bahwa Rasulullah SAW, apabila melihat hilal pada Ramadhan dan pada bulan selainnya, beliau membaca doa:

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

"Ya Allah, perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan dan iman, serta keselamatan dan Islam. Rabb-ku dan Rabb-mu (bulan) adalah Allah." (HR. Tirmidzi).

Selain doa tersebut, ada pula doa lainnya diriwayatkan Ibnu Rajab dari Yahya bin Abi Katsir dalam kitab Lathaif al-Ma'arif, Hal: 158).

اللّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلىَ رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُقَبَّلاً

“Ya Allah, sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan, sampaikanlah bulan Ramadhan kepada kami, dan terimalah amalan-amalan kami.”

2. Mengakhirkan sahur 

Amalan sunnah di bulan Ramadan salah satunya bisa dilakukan dengan mengakhirkan waktu sahur. Rasulullah bersabda: "Bersantap sahurlah kalian, karena sahur itu adalah keberkahan (HR. Bukhari)".

3. Menyegerakan buka 

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya: Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka. (Hadits Riwayat Bukhari 4/173 dan Muslim 1093)

4. Berbuka dengan Kurma atau yang Manis

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُو لُ اللِّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أََنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَا تٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ مَاءٍ

Artinya: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan korma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan korma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.

5. Doa Berbuka Puasa

Hadits tentang doa buka puasa.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ، أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Artinya: Dari Mu’adz bin Zuhrah, sesungguhnya telah sampai riwayat kepadanya bahwa sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu-ed’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka).

6. Berdzikir

Berdizikir menjadi salah satu ibadah yang sering dilakukan umat muslim. Selain untuk mengingat Allah SWT, berdizikir setelah salat untuk bertawakal dan memohon ridha dari Nya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Baqarah : 152).

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya : "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."

7. Doa dzikir pagi dan petang


يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan

Artinya : "Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.” (HR. Ibnu As Sunni)

8. Selalu Berbuat Baik terhadap sesama, Rasulullah shallallahu'alahiwa sallam menyampaikan Firman Allah SWT dalam sebuah hadits:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

"Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, "Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku."

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

9. Memperbanyak sedekah,  Amalan sunnah lainnya yang tidak boleh dilewatkan yakni memperbanyak sedekah.

Utamanya dengan memberikan hidangan berbuka puasa (ifthar) kepada orang yang berpuasa. Rasulullah bersabda: "Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang tersebut (HR. Ahmad)".

Shalat Jumat

10. I'tikaf di Masjid,  Memperbanyak i'tikaf di masjid menjadi amalan sunnah saat Ramadan. I'tikaf sebaiknya dilakukan sebulan penuh atau minimal 10 hari terakhir di bukan Ramadan.

definisi  umum  i’tikaf adalah:

الْمُكْث فِي الْمَسْجِد لعبادة الله مِنْ شَخْص مَخْصُوص بِصِفَةٍ مَخْصُوصَة

“Berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu”
Dalil-dalil pensyari’atannya.

وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (Al Baqarah: 125).

Hadits dari Ummu al-Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.”

11. Mengkhatamkan Al-Quran,  Memperbanyak membaca dan mengkhatamkan Al-Quran menjadi amalan yang dianjurkan kepada umat muslim saat bulan Ramadan. Minimal kegiatan tersebut dilakukan sekali selama bulan suci. Ulama-ulama terdahulu rajin mengkhatamkan Al-Quran saat bulan Ramadhan, seperti Imam al-Syafi'i yang khatam hingga 60 kali.


Sementara dalil tentang keutamaan membaca al-Qur’an, Rasulullah saw sebutkan berulang kali dalam hadisnya. Di antara keutamaan yang beliau sabdakan adalah:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa saja yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

12. Bersedekah, Sedekah saat bulan ramadhan sekaligus menyempurnakan ibadah kita. Tidak mungkin kita bisa mendapatkan pahala yang berlipat ganda jika kita tidak melakukan ibadah lainnya. Salah satunya adalah sedekah yang tentu akan membutuhkan pengorbanan dan keikhlasan dalam menjalankannya, untuk itu besar pahalanya bagi yang mau menjadikannya sebagai amalan ketika puasa.


إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

13. Memberi Makan Orang Berbuka, Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah keutamaan yang diraih dari do’a orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,


ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”
Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.

14. Bertaubat, Pada hakikatnya, taubat harus kita lakukan setiap waktu.
Namun keharusan bertaubat ini bertambah kuat sebelum memasuki bulan Ramadan. Ulama salaf menganjurkan untuk memperbanyak taubat kepada Allah menjelang memasuki bulan Ramadan supaya kita bisa menjalankan puasa Ramadan dengan hati yang bersih dan ketenangan jiwa. Dengan kebersihan hati dan ketenangan jiwa, kita bisa sukses melaksanakan semua ibadah puasa Ramadan dengan baik dan sempurna.


وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kalian kepada Allah wahai orang-orang beriman supaya kalian beruntung (sukses).”(surah Annur ayat 31)

Salah satu doa taubat yang dijarkan ulama salaf untuk dibaca menjelang memasuki Ramadan adalah sebagai berikut;

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى

“Allahumma ighfirli khothi-ati, wa jahli, wa isrofi fi amri, wama anta a’lamu bihi minni. Allahumma ighfirli jiddi wa hazli, wa khothoi wa ‘amdi, wa kullu dzalika ‘indi.

 Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupun sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan.”

15. Istiqamah menjalankan amalan sunnah, Setelah mengetahui apa saja amalan-amalan saat Ramadan, umat muslim diharapkan bisa istiqamah menjalaninya. Selain itu, dapat melanjutkan amalan-amalan tersebut di bulan-bulan berikutnya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala  adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit” (HR Al-Bukhari no. 6099) dan (H.R.Muslim no. 783)

Ummul mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu’alaihi Wasallam akan menetapinya”( HR. Muslim (no. 746).

Posting Yang Sering Dicari :
Penulis  : Ustadz Abdullah Wahab
Editor    : Gus JK

Rabu, 22 April 2020

14.37

Panduan Shalat Tarawih Di Tengah Pandemi Corona / Covid 19

Syeikh Abdul Aziz Bandar Balillah saat menjadi imam shalat di Masjid Al-Markaz Maros. (Foto: celebes) muslimobsession.com

Panduan Shalat Tarawih

al irmaniyah. Tarawih adalah bentuk jamak dari tarwihah, secara bahasa artinya istirahat sekali. Dinamakan demikian karena biasanya dahulu para sahabat ketika shalat tarawih mereka memanjangkan berdiri, rukuk dan sujudnya. Maka ketika sudah mengerjakan empat rakaat, mereka istirahat, kemudian mengerjakan empat rakaat lagi, kemudian istirahat, kemudian mengerjakan tiga rakaat (lihat Lisanul Arab, 2/462, Mishbahul Munir, 1/244, Syarhul Mumthi, 4/10).

Secara istilah tarawih artinya qiyam Ramadhan, atau shalat di malam hari Ramadhan (lihat Al Mughni, 1/455, Syarah Shahih Muslim lin Nawawi, 6/39).


Hukum Shalat Tarawih

Shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah. 

Diantara dalilnya:
Pertama: Dalil As Sunnah
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata:
كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يُرغِّبُ في قيامِ رمضانَ من غير أنْ يأمرَهم فيه بعزيمةٍ، فيقولُ: مَن قامَ رمضانَ إيمانًا واحتسابًا غُفِرَ له ما تَقدَّمَ مِن ذَنبِه
Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memotivasi orang-orang untuk mengerjakan qiyam Ramadhan, walaupun beliau tidak memerintahkannya dengan tegas. Beliau bersabda: “Orang yang shalat tarawih karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari no. 2009, Muslim no. 759).

Kedua: Dalil ijma
Al Imam An Nawawi mengatakan:  فصلاة التراويحِ سُنَّة بإجماع العلماء
“Shalat tarawih hukumnya sunnah dengan ijma ulama” (Al Majmu, 4/37).
Ash Shan’ani mengatakan:  قيام رمضان سُنَّة بلا خلاف
“Qiyam Ramadhan hukumnya sunnah tanpa ada khilaf” (Subulus Salam, 2/11).


Di tengah tengah pandemi  Corona umat muslim diminta mengerjakan shalat tarawih di rumah masing-masing untuk mencegah penyebaran virus corona, shalat tarawih memang lebih afdhol dilaksanakan di masjid secara berjamaah.

Kementerian Agama RI (Kemenag) telah mengeluarkan pedoman ibadah di bulan suci Ramadhan selama wabah Corona. Karena darurat Covid-19 atau virus Corona yang saat ini masih melanda dunia, umat Islam disarankan sholat tarawih dan tadarus di rumah masing-masing demi kemaslahatan.

Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19, disebutkan, jika seorang muslim berada di kawasan yang potensi penularannya tinggi atau sangat tinggi, maka ia boleh meninggalkan salat tarawih di masjid atau tempat umum lainnya dan mengerjakan di kediaman.

Selain itu, dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441H di tengah Pandemi Covid-19, terdapat panduan agar umat Islam melakukan Salat Tarawih secara individual atau berjemaah bersama keluarga inti di rumah.

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah  Dalam Tuntunan Ibadah pada bulan Ramadhan di Masa Darurat COVID-19 (2020)  (hlm. 34) apabila kondisi mewabahnya Covid-19 hingga bulan Ramadan dan Syawal mendatang tidak mengalami penurunan, maka salat tarawih dilakukan di rumah masing-masing dan takmir tidak perlu mengadakan salat berjemaah di masjid, musala dan sejenisnya, termasuk kegiatan Ramadan yang lain (ceramah-ceramah, tadarus berjemaah, iktikaf dan kegiatan berjemaah lainnya).

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menganjurkan masyarakat untuk tetap menyelenggarakan salat tarawih dan Salat idulFitri di rumah masing-masing melalui Surat Instruksi PBNU Nomor 3945/C.I.34/03/2020 tentang Protokol NU Peduli Covid-19.


Jumlah Raka’at Shalat Tarawih

Dalam kitab Al-Muwatha’, Imam Malik menuturkan mengenai jumlah rakaat shalat tarawih, Yakni pada masa Khalifah Umar Bin Khottob, shalat tarawih dikerjakan 23 rakaat, terdiri dari 20 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat shalat witir. Shalat tarawih dilaksanakan 20 rakaat dengan 10 kali salam, dalam bilangan 2 rakaat.

Dalil salat tarawih dikerjakan dengan 8 (delapan) rakaaat adalah hadis Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī dari ’Ā’isyah r.a. sebagai berikut.

 عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ [رواه مسلم]

Artinya: Dari ‘Ā’isyah, istri Nabi saw, (diriwayatkan bahwa) ia berkata, "Pernah Rasulullah melakukan salat pada waktu antara setelah selesai Isya yang dikenal orang dengan ‘Atamah hingga Subuh sebanyak sebelas rakaat di mana beliau salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau salat witir satu rakaat [H.R Muslim].


Pada prakteknya di Indonesia, kalangan umat Islam juga ada yang melakukan sejumlah 11 rakaat, yaitu 8 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat sholat witir, ada juga shalat tarawih dikerjakan 23 rakaat, terdiri dari 20 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat shalat witir.

Tentu perbedaan seperti ini tidak perlu diruncingkan dan dipermasalahkan. Kedua cara itu diperbolehkan, tata cara shalat tarawih dapat dilakukan berjamaah maupun sendirian .

Tata cara sholat tarawih sendiri di rumah, yang secara garis besarnya seperti di bawah ini:
  • Mengucapkan niat shalat tarawih sendiri berupa kalimat  اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
  • Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram
  • Takbiratul Ihram
  • Membaca Doa Iftitah
  • Membaca Surat Al-Fatihah
  • Membaca Surat Alquran
  •  Ruku'
  • I'tidal
  • Sujud
  • Iftirasy (Duduk di Antara Dua Sujud)
  • Sujud Kedua
Berdiri untuk mengerjakan rakaat yang kedua.
  • Membaca Surat Al-Fatihah
  •  Membaca Surat Alquran
  • Ruku'
  •  I'tidal
  • Sujud
  •  Iftirasy (Duduk di Antara Dua Sujud)
  • Sujud Kedua
  • Tasyahhud Akhir
  • Salam
Cara Mengurus Jenazah Covid 19

Keutamaan Shalat Tarawih

Pertama, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).

Kedua, shalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. An Nasai no. 1605, Tirmidzi no. 806, Ibnu Majah no. 1327, Ahmad dan Tirmidzi.)

Ketiga, shalat tarawih adalah seutama-utamanya shalat sunnah.
Ulama-ulama Hanabilah (madzhab Hambali) mengatakan bahwa seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dilakukan secara berjama’ah. Karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu. Kemudian shalat yang lebih utama lagi adalah shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu, sebelum atau sesudahnya). Shalat yang paling ditekankan dilakukan secara berjama’ah adalah shalat kusuf (shalat gerhana) kemudian shalat tarawih.( Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 2/9633.)

 Posting Yang Sering Dicari :
    1. Fiqih Tentang Corona

  1. Puasa Ayyamul Bidh

Penulis : Ustadz Abdullah Wahab
Editor   : Gus JK 






13.51

Panduan Ramadhan 2020 Di Tengah Pandemi Covid 19

kataucapanselamatcg.blogspot.com
al irmaniyah.Ramadhan merupakan momentum menguatkan hubungan hablum minallah dan hablum minnas. Tinggal hitungan jari, seluruh ummat Islam di dunia, termasuk Indonesia akan menjalankan ibadah shaum sebulan penuh.

Q.S Al Baqarah 183-184

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn

Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

 Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn

Terjemah Arti: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Situasi Ramadhan tahun 2020 berbeda dibandingkan tahun sebelumnya atau sepanjang perjalanan Ramadhan yang dilalui umat Muslim, di tengah situasi pandemi virus corona, masyarakat diimbau untuk banyak berdiam diri di rumah, termasuk beribadah, dalam hal ini kemenag mengeluarkan edaran terkait situasi pandemi Covid 19.
Baca Juga Qunut Nazilah Penengkal Covid 19
Berikut ini panduan lengkap ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri saat pandemi Corona, seperti tertuang dalam Surat Edaran Nomor 6 tahun 2020 yang diterbitkan Kemenag.
Versi lengkapnya link Edaran Panduan Ramadhan Kemenag 
  1. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan baik berdasarkan ketentuan fikih ibadah. 
  2. Sahur dan buka puasa dilakukan oleh individu atau keluarga inti, tidak perlu sahur on the road atau ifthar jama’i (buka puasa bersama). 
  3. Salat Tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah. 
  4. Tilawah/tadarus Al-Qur’an dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah SAW untuk menyinari rumah dengan tilawah Al-Qur’an. 
  5. Buka puasa bersama, baik yang dilaksanakan di lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala, ditiadakan. 
  6. Peringatan Nuzulul Qur’an dalam bentuk tablig dengan menghadirkan penceramah dan massa dalam jumlah besar, baik di lembaga pemerintahan, swasta, masjid maupun musala, ditiadakan.
  7. Tidak melakukan iktikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadan di masjid/musala. 
  8. Pelaksanaan Salat Idul Fitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah, baik di masjid atau di lapangan ditiadakan, untuk itu diharapkan terbitnya Fatwa MUI menjelang waktunya. 
  9. (Masyarakat diminta) agar tidak melakukan kegiatan sebagai berikut: Salat Tarawih keliling, Takbiran keliling, Pesantren Kilat, kecuali melalui media elektronik. 
  10.  Silaturahim atau halal bihalal yang lazim dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri, bisa dilakukan melalui media sosial dan video call/conference. 
  11. Pengumpulan Zakat Fitrah dan/atau ZIS (Zakat, Infak, dan Shadaqah) dihimbau segera membayar dan mendistribusikan dengan cepat.
  12. Petugas dalam melaksanakan pengumpulan dan pendistrubusian  menggunakn alat pelindung diri kesehatan.
  13. Dalam menjalankan ibadah Ramadan dan Syawal, seyogyanya masing-masing pihak turut mendorong, menciptakan, dan menjaga kondusifitas kehidupan keberagamaan dengan tetap mengedepankan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. 
  14. Senantiasa memperhatikan instruksi Pemerintah Pusat dan Daerah setempat, terkait pencegahan dan penanganan Covid-19.

Baca Juga Golongan Manusia Dalam Menghadapi Covid 19
Sebagai tambahan informasi bagi umat islam terkait dengan Ibadah Ramadhan Di tengah situasi Pandemi Covid 19 yang bersumber dari Kerajaan Arab Saudi sbb :

Panduan Ibadah Ramadhan Fatwa Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi: Shalat Tarawih dan Shalat Id Dilaksanakan di Rumah-Rumah Pada Kondisi Berlanjutnya Pandemi Corona.:

Yang Mulia Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi yang merupakan Ketua Komisi Ulama Senior dan Ketua Umum Direktorat Jenderal Penelitian Ilmiah dan Fatwa, Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Alu asy-Syaikh menjelaskan bahwa apabila shalat tarawih dan shalat id tidak memungkinkan dilaksanakan di masjid-masjid karena tindakan-tindakan preventif yang ditempuh oleh lembaga-lembaga khusus dalam rangka menanggulangi penyebaran pandemi corona, masyarakat hendaklah melaksanakan shalat tersebut di rumah masing-masing.

Pertanyaan pertama:
Apakah disyariatkan shalat tarawih di rumah?

Yang Mulia Syaikh menjawab,

“Terkait permasalahan shalat tarawih di rumah masing-masing pada bulan Ramadhan tahun ini karena tidak memungkinkan pelaksanaannya di masjid-masjid disebabkan tindakan-tindakan preventif yang ditempuh oleh lembaga-lembaga khusus penanggulangan virus corona baru, masyarakat hendaklah melaksanakan shalat tarawih di rumah masing-masing agar mendapatkan keutamaan menegakkan malam-malam Ramadhan yang berbarakah. Sebab, telah disebutkan dalam hadits sahih bahwa Nabi _shalallahu alaihi wasallam_ shalat malam pada bulan Ramadhan di rumah beliau. Demikian pula merupakan hal yang sudah diketahui bersama bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah dan tidak wajib.”

Pertanyaan kedua:
Apakah disyariatkan shalat id di rumah masing-masing?

Beliau menjawab,

“Apabila keadaan saat ini berlanjut sehingga shalat id tidak mungkin dilakukan di lapangan-lapangan dan masjid-masjid yang khusus untuk melaksanakannya, shalat id hendaklah dilaksanakan di rumah masing-masing tanpa disertai khutbah setelahnya.
Telah terbit fatwa dari Lembaga Tetap Urusan Fatwa yang di dalamnya menyebutkan, ‘Barang siapa yang tertinggal dari shalat id dan dia ingin mengqadhanya, disunnahkan baginya untuk melaksanakannya sesuai tata cara shalat id tanpa disertai khutbah setelahnya.’

Mengqadha shalat id bagi makmum yang tertinggal dari shalatnya imam, hukumnya sunnah. Maka dari itu, melaksanakan shalat id (di rumah) bagi orang-orang yang tidak ditegakkan shalat id di negerinya tentu lebih disyariatkan. Hal itu merupakan penegakan terhadap syiar Islam sesuai dengan kadar kemampuan.

Allah subhanahu wa taala berfirman,

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ

“Bertakwalah kalian kepada Allah (semaksimal mungkin) sesuai kesanggupan kalian.”

Nabi shalallahu alaihi wasallam juga bersabda

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Apabila aku memerintahkan kalian untuk melaksanakan sesuatu, lakukanlah (semaksimal mungkin) sesuai kemampuan kalian.”

Pertanyaan ketiga:
Sudah diketahui bersama bahwa batas waktu pembayaran zakat fitrah adalah bersamaan dengan selesainya pelaksanaan shalat id. Padahal bisa jadi, shalat id tidak diselenggarakan di kota-kota kecuali di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Pertanyaannya, kapankah batas waktu terakhir pembayaran zakat fitrah bagi kota-kota lain selain Makkah dan Madinah? Kapankah batas waktu terakhir disyariatkannya takbir (takbiran, Jw) yang dimulai sejak malam terakhir bulan Ramadhan jika shalat id tidak diselenggarakan?

Beliau menjawab,
“Batas waktu terakhir pembayaran zakat fitrah, takbir malam id dan pagi hari id di daerah yang tidak menyelenggarakan shalat id adalah beberapa saat setelah terbitnya matahari yang cukup untuk penyelenggaraan shalat id di daerah tersebut.
Sumber:  www.spa.gov.sa/2075735 dalam  https://bit.ly/3coE9Me

Posting Yang Sering Dicari :
Editor    : Gus JK

Sabtu, 18 April 2020

22.17

Makna Hikmah Dibalik Musibah Covid 19

gamabar darussalam.id
al irmaniyah.Virus yang sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya telah merambah hampir ke seluruh negara-negara besar di dunia. Mulai dari China, Korea Selatan, Singapura dan lainnya di daratan Asia, hingga ke Italia,Prancis dan lainnya di daratan Eropa. Data global menunjukkan sudah ada 213 negara terpapar, total 2.160.207 kasus terkonfirmasi, dan 146.088 kasus meninggal dunia.
Data update Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per Sabtu 18 April 2020 saat ini terakumulasi ada 6.248 kasus COVID-19 di seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu 631 sembuh, 535
meninggal dunia.
Baca Juga Kiat Islam Menghadapi Wabah Covid 19
Musibah merupakan kejadian yang datang atas ketentuan Allah SWT dan tidak bisa ditolak. Manusia diwajibkan untuk menghindar dari musibah yang sudah menimpa dirinya.

Musibah asal kata bahasa Arab ashaba yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan.

Kata musibah dengan pengertian seperti tersebut di atas dalam Alquran terdapat pada 10 tempat yakni surat Al Baqarah ayat 156, Ali Imran ayat 165, An Nisaa ayat 62 dan 72, Al Maidah ayat 49, At Taubah ayat 50, Al Qashash ayat 47, As Syura ayat 30, Al Hadid ayat 22, dan At-Taghabun ayat 11.

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)
Baca Juga Doa Menghadapi Wabah
Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa dipetik yaitu :

1. Musibah Mendidik Jiwa Dan Menyucikan Dosa

Allah Ta’ala Berfirman :

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْديكُمْ وَ يَعْفُوا عَنْ كَثيرٍ

Artinya : “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs, asy Syura: 30)

Dalam ayat ini, terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika mengetahui bahwa musibah yang dialami adalah merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat manusia.

2. Mendapatkan Kebahagiaan (Pahala) di Akhirat
Merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan).

3. Menjauhkan Sifat Kesombongan
Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka cobaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu dan mengangkat derajatnya. Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada Allah).” (QS. Al A’raaf: 168)

Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadap nikmat-Nya.

Ibnul Qayyim berkata, “Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga diri), dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha Suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.”

4. Memurnikan Tauhid Dan Menguatkan Hati
Allah Ta’ala Berfirman :

وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ

Artinya : “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (Qs, Fust Shilat : 51)
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon.
Dengan kembali kepada Allah seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita.

5. Membuat munculnya kesetiakawanan sosial terhadap sesama.
Di dalam hadis qudsi disebutkan, bahwa Allah akan berfirman kepada anak cucu Adam pada hari kiamat:

يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى . قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِى فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عِنْدَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى . قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى .قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى

“Wahai anak Adam, Aku sakit, namun mengapa kamu tidak menjenguk-Ku?” Anak Adam menjawab, “Ya Rabbi, bagaimana aku menjengukmu, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Kalau sekiranya kamu mau menjenguk, tentu kamu akan mendapati-Ku di dekatnya. Wahai anak Adam! Aku meminta makan kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku makan?” Ia berkata: “Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberi, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian di sisi-Ku. Wahai anak Adam! Aku meminta minum kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku minum?” Ia berkata, “Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Hamba-Ku si fulan telah meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberinya minum, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian itu di sisi-Ku.” (HR. Muslim)
Baca Juga Golongan Manusia Menghadapi Musibah Covid 19
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita semua dan meringankan ,menghilangkan musibah yang kita hadapi serta memantapkan langkah-langkah kita menghadapi covid 19 untuk segera berlalu. Aamiin

Posting Yang Sering Dicari


Ahad, 19 April 2020
Penulis   : Ustadz Abdullah Wahab
Editor     : Gus JK

09.25

Empat Golongan Manusia Dalam Menghadapi Musibah (Covid 19)

Ujian, Musibah dan Azab (Foto edited from kuliahislam.com)

Golongan Manusia Menghadapi Musibah

al irmaniyah.
Virus Corona Covid-19 sudah menjadi pandemi di seluruh Dunia, tidak terkecuali di Indonesia.

Data global menunjukkan sudah ada 213 negara terpapar, total 2.034.802 kasus terkonfirmasi, dan 135.163 kasus meninggal dunia.
Data update Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per Jum'at 17 April 2020 saat ini terakumulasi ada 5.923 kasus COVID-19 di seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu 607 sembuh, 520
meninggal dunia.

Wabah, musibah, penyakit, semua datang dari Allah Subhanahu Wata’ala. Allah adalah pemilik seluruh kerajaan bumi dan langit, termasuk pembuat penyakit. Karena itulah, setiap Allah ciptaan penyakit dan wabah, Allah pasti siapkan obatnya.

Bahwa segala urusan di muka bumi ini, semua yang berlangsung di atas dunia ini, adalah atas izin dan kehendak Allah. Seperti firman-Nya:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (QS At-Taghabun : 11).

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Arab-Latin: Mā aṣāba mim muṣībatin fil-arḍi wa lā fī anfusikum illā fī kitābim ming qabli an nabra`ahā, inna żālika 'alallāhi yasīr

Terjemah Arti: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.Q.S Al Hadid : 22)

Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
Tidaklah yang menimpa kalian wahai manusia berupa musibah di bumi seperti kegersangan, kurangnya buah-buahan, wabah penyakit tanaman, mahalnya harga dan lain lain serta musibah yang menimpa diri kalian seperti sakit, kefakiran dan kehilangan anak itu kecuali telah ditulis di Lauhil Mahfudz sebelum kami menciptakan apapun. Bagi Allah SWT, menetapkan hal itu dalam kitabNya merupakan perkara yang mudah dan gampang.

Musibah yang menimpa manusia bukan karena Allah swt tidak sayang pada manusia semata hanya untuk  menguji kadar keimanan  dan ketaqwaan manusia kepada Allah swt. Ada 4 (empat) golongan manusia dalam menyikapi adanya musiabah :

1) Orang Yang Sabar, Sabar merupakan suatu sikap menahan diri dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar itu bentuk kemampuan pengendalian diri sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang dimilikinya Sabar dalam agama Islam memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar.


الصَّابِرِينَ وَبَشِّرِ وَالثَّمَرَاتِ وَالأَنْفُسِ  الأَمْوَالِ مِنَ وَنَقْصٍ وَالْجُوعِ الْخَوْفِ مِنَ بِشَيْءٍ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)

2) Orang Yang Ridha, Ridha menurut bahasa artinya rela. Sedangkan menurut istilah Ridha adalah menerima dengan senag hati atas segala yang di berikan oleh Allah SWT baik berupa hukuman atau ketentuan yang telah di tetapkan- Nya.
Sikap Ridha harus di tunjukan baik ketika menerima nikmat maupun pada saat menerima cobaan. Kebanyakan manusia berat menerima keadaan yang menimpa dirinya seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, perangkat, kedudukan, kematian keluarganya dan lain-lain.


وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)

3) Orang Yang Bersyukur, Imam al-Ghazali juga memgingatkan kita semua bahwa cara bersyukur kepada Allah itu lewat hati, dengan lisan dan dengan amal perbuatan. Mari kita memaafkan kesalahan hari kemarin, bersyukur pada apa yang diraih hari ini, dan berdoa untuk masa depan yang lebih baik.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd

Terjemah Arti: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Q.S Ibrahim : 7)

قَا اللهُ تَعَالىَ : يَاابْنَ اَدَمَ, اِنَّكَ مَاذَكَرْتَنِى شَكَرْتَنِى, وَاِذَامَانَسِيْتَنِى كَفَرْتَنِى (رواه الطبرانى عن ابى هريرة)

“Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak Adam, bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti engkau mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti engkau telah mendurhakai Aku!”. (H.R Thabrani)

4) Orang Yang Berkeluh Kesah,  Ini jelas sekali disebutkan Allah Swt dalam firman-Nya berikut ini

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij; 19-21)
Dalam tiga ayat pendek di atas, sungguh seakan-akan setiap kalimatnya merupakan sebuah sentuhan dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat-sifat manusia, dengan kalimat-kalimat singkat membicarakan gambaran kehidupan. Dari celah-celahnya digambarkanlah manusia dengan sifat-sifat aslinya, yaitu "keluh kesah" ketika ditimpa kesusahan dan "kikir" ketika mendapat kesenangan.
Covid 19

Posting Yang Sering Di Cari
  1. 3 Langkah Menghadapi wabah Covid 19 
  2. Qunut Nazilah Menangkal Wabah
  3. Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh
Jum'at, 17 April 2020
Penulis   : Ustadz Drs. H Budi S
Editor     : Gus JK