KAJIAN AHAD PAGI

Blog Yang Membahas Tentang Hukum Islam, Ilmu Pengetahuan, Pendidikan Agama dan Akhlak Perilaku Manusia

Post Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 29 April 2021

21.05

Manajemen Waktu Dalam Islam

Manajemen Waktu Dalam Islam

Assalamualaikum sobat Al-Irmaniyah! Tahukah kamu bahwa waktu sangat berarti dan penting dalam kehidupan kita, Islam telah memberikan gambaran yang utuh mengenai pentingnya memuliakan waktu. Dalam Al-Qur’an Allah telah menempatkan tentang waktu diposisi sangat tinggi, sampai-sampai Allah bersumpah atas nama waktu. Misalnya “Demi waktu” dalam surah Al-Ashr dan ada contoh lagi yaitu “Demi waktu saat matahari naik sepenggalah,” dalam surah Adh-Dhuha.

Banyak sekali Allah Ta'ala bersumpah di dalam Al Qur'an dengan waktu dan bagian bagiannya, seperti demi waktu (wal 'ashri) demi waktu fajar (wal fajri) demi waktu dhuha (wad dhuha) demi matahari (was syamsi) demi bulan (wal qamari) demi malam (wal laili) demi siang (wan nahari) , ini semua menunjukan begitu penting nya waktu serta begitu mahal dan berharganya umur manusia 

Waktu tanpa batasan

Waktu di dalam pengertian tanpa batasan yakni seperti sa'ah atau saat. Alquran menjelaskannya misalnya dalam Al Araf ayat 34, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."

Waktu dengan hitungan

Waktu dengan pengertian di dalam bilangan jumlah tertentu atau siklus semacam 'am, sinin, dan sanah atau tahun, syahr atau bulan,  dan yaum atau hari. Di Dalam hal ini, Alqur'an tidak menyebutkan adanya waktu yang disebutkan dengan minggu atau pekan.

Waktu yang diungkapkan dalam bilangan ini banyak sekali tercantum dalam Alquran. Seperti istilah tahun dalam At Taubah ayat 126, Yunus ayat lima dan Al hajj ayat 47. Kemudian bulan dalam Al baqarah ayat 185 dan hari dalam As Sajdah ayat lima.

Di dalam Alquran juga terdapat waktu relatif, seperti mengungkapkan seribu tahun di bumi sebanding dengan sehari di sisi Allah. Ini tercantum dalam Alquran Surat Al Hajj ayat 47, "Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu,".

Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang". (HR Al-Bukhari No. 6412)

Beliau pun mengingatkan kita agar menggunakan waktu sebaik-baiknya sebelum menyesal.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah SAW bersabda:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara :

  1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.
  2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.
  3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu.
  4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.
  5. Hidupmu sebelum datang matimu. (HR Al-Hakim dalam Al-Mustadraknya 4 : 341)

Memanfaatkan waktu luang serta nikmat sehat dengan lebih bijak dengan mengharapkan keridhoan Allah adalah lebih utama. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang lalai atas kenikmatan tersebut dan senantiasa bisa memperbaiki diri.

Percayalah, tidak akan rugi sedikitpun jika kita mengikuti apa yang menjadi petunjuk dan perbuatan (sunnah) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah Ta’ala berfirman:

{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ ويَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(QS Ali ‘Imran:31).

Allah telah memberikan setiap hari “modal” waktu kepada semua manusia dan semuanya sama tidak ada yang berbeda, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya.

5 (lima) poin manajemen waktu ala Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Berikut salah satu kiat-kiat manajemen waktu dalam perspektif Islam dan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

  1. Jadikan Shalat Fardu sebagai pola disiplin, Rasulullah SAW menjadikan shalat fardu sebagai cara membentuk pola kedisiplinan dan membentuk watak dan ritme hidup.
  2. Terus produktif, jangan biarkan waktu terbuang percuma, Islam sangat menjunjung tinggi waktu dan sangat mengutamakan nilai-nilai produktifitas secara semputna, baik produktifitas terhadap melakukan ibadah atau pengintkatan serta perbaikan diri maupun produktifitas yang dapat menghasilkan suatu karya dan sesuatu yang bermanfaat. “Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain” (QS. Al-Insyirah : 7)
  3. Jauhi sikap menunda-nunda, Jangan suka menunda-nunda sesuatu kebaikan, niat baik atau pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan manfaat apalagi sampai menuda-nunda ibadah, karena yang pertama Allah dan Rasul sangat benci kelakuan kebiasaan menunda-nunda dan menjadikan kebiasan buruk bagi diri kita. “Menunda-nunda melaksanakan kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman” (HR. Bukhari). Untuk itu mulai saat ini coba untuk jauhi sikap menunda-nunda, terlebih dalam hal menjalankan kewajiban beribadah. Karena dalam Alquran juga disebutkan “Bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb kalian dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran : 133).
  4. Cepat, tapi bukan tergesa-gesa, Ketahuilah bahwa cepat itu bukan berarti terburu-buru atau tergesa-gesa. Namun tetap teliti dan melakukan dengan segera bukan berarti lambat. Kira-kira itulah yang diajarkan dalam hadist tersebut. Kegesitan Rasulullah SAW, bukan artinya kita juga harus melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, sebab ketergesaan biasanya tak lepas dari kecerobohan. “Karena sifat tergesa-gesa itu halnya berasal dari setan.” ( HR Anas bin Malik).
  5. Rutin melakukan evaluasi “Orang yang berakal dan dapat mengendalikannya, seharusnya memiliki empat waktu: pertama, waktu untuk bermunajat kepada Allah; Waktu untuk mengintrospeksi diri; ketiga waktu untuk memikirkan ciptaan Allah; keempat waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani dari minuman dan makanan.” (HR. Ibnu Hibban).

Baca Juga Kisah Rasul

Evaluasi disini artinya meneliti dan melihat kembali apa yang telah sudah kita lakukan sebelumnya, serta mencermat segala kekurangan dan kelemahan yang ada ddalam diri kita sendiri. Tanpa melakukan evaluasi, kita tidak akan pernah menyadari kelemahan dan kekurangan pada diri kita, dan akibatnya kita akan terus melangkah dengan kesalahan yang sama.


Rabu, 07 April 2021

20.30

Kisah Rasul Abdul Munthalib Bernadzar

 Kisah Rasul Abdul Munthalib Bernadzar

Sebagian Tanda Kenabian Rasulullah

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:


انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْهَدُوا


“Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bulan pernah terbelah menjadi dua bagian. Sebagian berada di atas bukit dan sebagian lagi berada di bawahnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saksikanlah!” (HR. Al-Bukhari no. 4486 dan Muslim no. 2800)


Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata:


عَطِشَ النَّاسُ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ يَدَيْهِ رِكْوَةٌ فَتَوَضَّأَ فَجَهِشَ النَّاسُ نَحْوَهُ فَقَالَ مَا لَكُمْ قَالُوا لَيْسَ عِنْدَنَا مَاءٌ نَتَوَضَّأُ وَلَا نَشْرَبُ إِلَّا مَا بَيْنَ يَدَيْكَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي الرِّكْوَةِ فَجَعَلَ الْمَاءُ يَثُورُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ كَأَمْثَالِ الْعُيُونِ فَشَرِبْنَا وَتَوَضَّأْنَا قُلْتُ كَمْ كُنْتُمْ قَالَ لَوْ كُنَّا مِائَةَ أَلْفٍ لَكَفَانَا كُنَّا خَمْسَ عَشْرَةَ مِائَةً


“Pada saat hari Hudaibiah, orang-orang merasa kehausan sementara di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada sebuah bejana air yang terbuat dari kulit. Beliau berwudhu, maka para sahabat mendatangi beliau. Beliau bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali air yang anda pakai”. Maka beliau meletakkan tangan beliau di atas bejana kulit tersebut, maka tidak lama kemudian air pun memancar dari sela-sela jari beliau bagaikan mata air. Maka kami pun minum dan berwudu darinya.” Aku (Salim) bertanya, “Berapa jumlah kalian saat itu?” Dia (Jabir) menjawab, “Seandainya jumlah kami saat itu seratus ribu pasti air itu tetap akan mencukupi kami. Saat itu jumlah kami seribu lima ratus orang”. (HR. Al-Bukhari no. 3576)


Kisah Lengkap perjalanan hidup manusia mulia Rasulullah Muhammad SAW


Jejak  Rasulullah 

Abdul Muthalib bernadzar (5)


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

*Bernadzar*


Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban untuk Tuhan."

Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki. Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.

"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak laki-laki."

Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.

"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya."

Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (Nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.

Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.

"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"

Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui niatnya itu?

*Menemukan Zamzam*

Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"

Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.

"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.

Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.

"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"

Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.

"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.

"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan _qidh_ (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."

Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.

Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.


*Pedang dan Pelana Emas*


Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.


Bersambung Bagian 6



Bagian 2. Nenek Moyang Rasulullah
Bagian 3. Perampok kejam dan tidak sopan
Bagian 4. Harta Abdul Muthallib
Bagian 5. Abdul Muthalib bernadzar
Bagian 6. tebusan 100 unta
Bagian 7. Penyerbuan Abrahah
Bagian 8. Kehancuran Abrahah dan Pasukannya
Bagian 9. Pernikahan Abdullah dan Aminah
Bagian 10. Kelahiran Muhammad SAW

20.21

Kisah Rasul Harta Abdul Munthalib

 Kisah Rasul Harta Abdul Munthalib 

Sebagian Tanda Kenabian Rasulullah

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:


انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْهَدُوا


“Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bulan pernah terbelah menjadi dua bagian. Sebagian berada di atas bukit dan sebagian lagi berada di bawahnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saksikanlah!” (HR. Al-Bukhari no. 4486 dan Muslim no. 2800)


Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata:


عَطِشَ النَّاسُ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ يَدَيْهِ رِكْوَةٌ فَتَوَضَّأَ فَجَهِشَ النَّاسُ نَحْوَهُ فَقَالَ مَا لَكُمْ قَالُوا لَيْسَ عِنْدَنَا مَاءٌ نَتَوَضَّأُ وَلَا نَشْرَبُ إِلَّا مَا بَيْنَ يَدَيْكَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي الرِّكْوَةِ فَجَعَلَ الْمَاءُ يَثُورُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ كَأَمْثَالِ الْعُيُونِ فَشَرِبْنَا وَتَوَضَّأْنَا قُلْتُ كَمْ كُنْتُمْ قَالَ لَوْ كُنَّا مِائَةَ أَلْفٍ لَكَفَانَا كُنَّا خَمْسَ عَشْرَةَ مِائَةً


“Pada saat hari Hudaibiah, orang-orang merasa kehausan sementara di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada sebuah bejana air yang terbuat dari kulit. Beliau berwudhu, maka para sahabat mendatangi beliau. Beliau bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali air yang anda pakai”. Maka beliau meletakkan tangan beliau di atas bejana kulit tersebut, maka tidak lama kemudian air pun memancar dari sela-sela jari beliau bagaikan mata air. Maka kami pun minum dan berwudu darinya.” Aku (Salim) bertanya, “Berapa jumlah kalian saat itu?” Dia (Jabir) menjawab, “Seandainya jumlah kami saat itu seratus ribu pasti air itu tetap akan mencukupi kami. Saat itu jumlah kami seribu lima ratus orang”. (HR. Al-Bukhari no. 3576)


Kisah Lengkap perjalanan hidup manusia mulia Rasulullah Muhammad SAW


Bagian 4 Harta Abdul Munthalib


 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Harta Abdul Muthalib

Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.

Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah  dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib. Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta Hasyim kepada Abdul Muthalib

Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang zaman.

Sumber Air Mekah


Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.

MENGGALI SUMUR ZAMZAM


Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.

"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk Mekah."

Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"

Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali Sumur Zamzam!"

Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.

"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.

"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"

Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.

"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?"

Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail عليه ااسلام pernah mencoba menggali Zamzam tapi tidak berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan.

Bersambung Bagian 5

Bagian 2. Nenek Moyang Rasulullah
Bagian 3. Perampok kejam dan tidak sopan
Bagian 4. Harta Abdul Muthallib
Bagian 5. Abdul Muthalib bernadzar
Bagian 6. tebusan 100 unta
Bagian 7. Penyerbuan Abrahah
Bagian 8. Kehancuran Abrahah dan Pasukannya
Bagian 9. Pernikahan Abdullah dan Aminah
Bagian 10. Kelahiran Muhammad SAW
20.07

Kisah Rasul Perampok Kejam dan Tidak Sopan (3)

 Kisah Rasul Perampok Kejam dan Tidak Sopan (3)

Sebagian Tanda Kenabian Rasulullah

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:


انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْهَدُوا


“Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bulan pernah terbelah menjadi dua bagian. Sebagian berada di atas bukit dan sebagian lagi berada di bawahnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saksikanlah!” (HR. Al-Bukhari no. 4486 dan Muslim no. 2800)


Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata:


عَطِشَ النَّاسُ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ يَدَيْهِ رِكْوَةٌ فَتَوَضَّأَ فَجَهِشَ النَّاسُ نَحْوَهُ فَقَالَ مَا لَكُمْ قَالُوا لَيْسَ عِنْدَنَا مَاءٌ نَتَوَضَّأُ وَلَا نَشْرَبُ إِلَّا مَا بَيْنَ يَدَيْكَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي الرِّكْوَةِ فَجَعَلَ الْمَاءُ يَثُورُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ كَأَمْثَالِ الْعُيُونِ فَشَرِبْنَا وَتَوَضَّأْنَا قُلْتُ كَمْ كُنْتُمْ قَالَ لَوْ كُنَّا مِائَةَ أَلْفٍ لَكَفَانَا كُنَّا خَمْسَ عَشْرَةَ مِائَةً


“Pada saat hari Hudaibiah, orang-orang merasa kehausan sementara di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada sebuah bejana air yang terbuat dari kulit. Beliau berwudhu, maka para sahabat mendatangi beliau. Beliau bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali air yang anda pakai”. Maka beliau meletakkan tangan beliau di atas bejana kulit tersebut, maka tidak lama kemudian air pun memancar dari sela-sela jari beliau bagaikan mata air. Maka kami pun minum dan berwudu darinya.” Aku (Salim) bertanya, “Berapa jumlah kalian saat itu?” Dia (Jabir) menjawab, “Seandainya jumlah kami saat itu seratus ribu pasti air itu tetap akan mencukupi kami. Saat itu jumlah kami seribu lima ratus orang”. (HR. Al-Bukhari no. 3576)


Kisah Lengkap perjalanan hidup manusia mulia Rasulullah Muhammad SAW



Bagian 3 Perampok Kejam dan Tidak Sopan 


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Perampok Kejam dan Tidak Sopan

Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak pernah melakukannya.
Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi juga orang yang dirampok. Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya menjadi tawanan dan budak belian.

Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika mempunyai anak perempuan.

Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan tidak memberikan makan serta minum sampai si unta mati. Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi tunggangan si mati.

Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau hidung musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya dijadikan tempat minum arak.

Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.

Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.
Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan buruk.

Memakan Bangkai Binatang


Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan. Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah, binatang, dan makanan darah yang dibekukan.

 Muthalib

Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah), Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan terpandang.

"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang Yatsrib.

"Dia adalah Salma binti Amr."

"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."

Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim tinggal di Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim melanjutkan perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.

Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah. Sementara itu, sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.

"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan kekuasaan ayahnya menggantikan aku."

Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia tersentak,
"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."

"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.

"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan tetap tinggal di sini," jawab Syaibah

*Syaibah*

Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal di Mekkah.

ABDUL MUTHALIB


"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang senantiasa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".

"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa sayangku timbul kepadanya. Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan berdiri di hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah tanah suci yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke sana dan melanjutkan pemerintahan ayahnya?".

Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu tetap tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."

Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah,  orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah budaknya.

"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.

"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku, Hasyim!"

Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak menjadi kakek Nabi Muhammad ﷺ.

Bersambung Bagian 4


Bagian 2. Nenek Moyang Rasulullah
Bagian 3. Perampok kejam dan tidak sopan
Bagian 4. Harta Abdul Muthallib
Bagian 5. Abdul Muthalib bernadzar
Bagian 6. tebusan 100 unta
Bagian 7. Penyerbuan Abrahah
Bagian 8. Kehancuran Abrahah dan Pasukannya
Bagian 9. Pernikahan Abdullah dan Aminah
Bagian 10. Kelahiran Muhammad SAW
19.50

Kisah Rasul Nenek Moyang Nabi Muhammad SAW Bagian 2

 Kisah Rasul  Nenek Moyang Nabi Muhammad SAW Bagian 2

Sebagian Tanda Kenabian Rasulullah

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:


انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْهَدُوا


“Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bulan pernah terbelah menjadi dua bagian. Sebagian berada di atas bukit dan sebagian lagi berada di bawahnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saksikanlah!” (HR. Al-Bukhari no. 4486 dan Muslim no. 2800)


Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata:


عَطِشَ النَّاسُ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ يَدَيْهِ رِكْوَةٌ فَتَوَضَّأَ فَجَهِشَ النَّاسُ نَحْوَهُ فَقَالَ مَا لَكُمْ قَالُوا لَيْسَ عِنْدَنَا مَاءٌ نَتَوَضَّأُ وَلَا نَشْرَبُ إِلَّا مَا بَيْنَ يَدَيْكَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي الرِّكْوَةِ فَجَعَلَ الْمَاءُ يَثُورُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ كَأَمْثَالِ الْعُيُونِ فَشَرِبْنَا وَتَوَضَّأْنَا قُلْتُ كَمْ كُنْتُمْ قَالَ لَوْ كُنَّا مِائَةَ أَلْفٍ لَكَفَانَا كُنَّا خَمْسَ عَشْرَةَ مِائَةً


“Pada saat hari Hudaibiah, orang-orang merasa kehausan sementara di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada sebuah bejana air yang terbuat dari kulit. Beliau berwudhu, maka para sahabat mendatangi beliau. Beliau bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali air yang anda pakai”. Maka beliau meletakkan tangan beliau di atas bejana kulit tersebut, maka tidak lama kemudian air pun memancar dari sela-sela jari beliau bagaikan mata air. Maka kami pun minum dan berwudu darinya.” Aku (Salim) bertanya, “Berapa jumlah kalian saat itu?” Dia (Jabir) menjawab, “Seandainya jumlah kami saat itu seratus ribu pasti air itu tetap akan mencukupi kami. Saat itu jumlah kami seribu lima ratus orang”. (HR. Al-Bukhari no. 3576)


Kisah Lengkap perjalanan hidup manusia mulia Rasulullah Muhammad SAW

Bagian 2

Kisah Rasul  Nenek Moyang Nabi Muhammad SAW





اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم *

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf.
Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat.

"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.

Pembagian Urusan


Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
_Hijabah_ : Pemegang kunci Ka'bah,
_Siqayah_ : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,
_Rifadah_ : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin, _Qiyadah_ : Mengatur urusan peperangan.

Percaya Takhayul


"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.

"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin ini, aku merasa jauh lebih kuat!".

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.

Awal Mula Penyembahan Berhala


Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.

Gemar Mabuk dan Berjudi


Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.

Barm


Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm


Bersambung Bagian 3  


Bagian 2. Nenek Moyang Rasulullah
Bagian 3. Perampok kejam dan tidak sopan
Bagian 4. Harta Abdul Muthallib
Bagian 5. Abdul Muthalib bernadzar
Bagian 6. tebusan 100 unta
Bagian 7. Penyerbuan Abrahah
Bagian 8. Kehancuran Abrahah dan Pasukannya
Bagian 9. Pernikahan Abdullah dan Aminah
Bagian 10. Kelahiran Muhammad SAW