Blog Yang Membahas Tentang Hukum Islam, Ilmu Pengetahuan, Pendidikan Agama dan Akhlak Perilaku Manusia

Post Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 29 April 2021

Manajemen Waktu Dalam Islam

Manajemen Waktu Dalam Islam

Assalamualaikum sobat Al-Irmaniyah! Tahukah kamu bahwa waktu sangat berarti dan penting dalam kehidupan kita, Islam telah memberikan gambaran yang utuh mengenai pentingnya memuliakan waktu. Dalam Al-Qur’an Allah telah menempatkan tentang waktu diposisi sangat tinggi, sampai-sampai Allah bersumpah atas nama waktu. Misalnya “Demi waktu” dalam surah Al-Ashr dan ada contoh lagi yaitu “Demi waktu saat matahari naik sepenggalah,” dalam surah Adh-Dhuha.

Banyak sekali Allah Ta'ala bersumpah di dalam Al Qur'an dengan waktu dan bagian bagiannya, seperti demi waktu (wal 'ashri) demi waktu fajar (wal fajri) demi waktu dhuha (wad dhuha) demi matahari (was syamsi) demi bulan (wal qamari) demi malam (wal laili) demi siang (wan nahari) , ini semua menunjukan begitu penting nya waktu serta begitu mahal dan berharganya umur manusia 

Waktu tanpa batasan

Waktu di dalam pengertian tanpa batasan yakni seperti sa'ah atau saat. Alquran menjelaskannya misalnya dalam Al Araf ayat 34, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."

Waktu dengan hitungan

Waktu dengan pengertian di dalam bilangan jumlah tertentu atau siklus semacam 'am, sinin, dan sanah atau tahun, syahr atau bulan,  dan yaum atau hari. Di Dalam hal ini, Alqur'an tidak menyebutkan adanya waktu yang disebutkan dengan minggu atau pekan.

Waktu yang diungkapkan dalam bilangan ini banyak sekali tercantum dalam Alquran. Seperti istilah tahun dalam At Taubah ayat 126, Yunus ayat lima dan Al hajj ayat 47. Kemudian bulan dalam Al baqarah ayat 185 dan hari dalam As Sajdah ayat lima.

Di dalam Alquran juga terdapat waktu relatif, seperti mengungkapkan seribu tahun di bumi sebanding dengan sehari di sisi Allah. Ini tercantum dalam Alquran Surat Al Hajj ayat 47, "Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu,".

Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang". (HR Al-Bukhari No. 6412)

Beliau pun mengingatkan kita agar menggunakan waktu sebaik-baiknya sebelum menyesal.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah SAW bersabda:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara :

  1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.
  2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.
  3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu.
  4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.
  5. Hidupmu sebelum datang matimu. (HR Al-Hakim dalam Al-Mustadraknya 4 : 341)

Memanfaatkan waktu luang serta nikmat sehat dengan lebih bijak dengan mengharapkan keridhoan Allah adalah lebih utama. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang lalai atas kenikmatan tersebut dan senantiasa bisa memperbaiki diri.

Percayalah, tidak akan rugi sedikitpun jika kita mengikuti apa yang menjadi petunjuk dan perbuatan (sunnah) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah Ta’ala berfirman:

{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ ويَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(QS Ali ‘Imran:31).

Allah telah memberikan setiap hari “modal” waktu kepada semua manusia dan semuanya sama tidak ada yang berbeda, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya.

5 (lima) poin manajemen waktu ala Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Berikut salah satu kiat-kiat manajemen waktu dalam perspektif Islam dan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

  1. Jadikan Shalat Fardu sebagai pola disiplin, Rasulullah SAW menjadikan shalat fardu sebagai cara membentuk pola kedisiplinan dan membentuk watak dan ritme hidup.
  2. Terus produktif, jangan biarkan waktu terbuang percuma, Islam sangat menjunjung tinggi waktu dan sangat mengutamakan nilai-nilai produktifitas secara semputna, baik produktifitas terhadap melakukan ibadah atau pengintkatan serta perbaikan diri maupun produktifitas yang dapat menghasilkan suatu karya dan sesuatu yang bermanfaat. “Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain” (QS. Al-Insyirah : 7)
  3. Jauhi sikap menunda-nunda, Jangan suka menunda-nunda sesuatu kebaikan, niat baik atau pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan manfaat apalagi sampai menuda-nunda ibadah, karena yang pertama Allah dan Rasul sangat benci kelakuan kebiasaan menunda-nunda dan menjadikan kebiasan buruk bagi diri kita. “Menunda-nunda melaksanakan kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman” (HR. Bukhari). Untuk itu mulai saat ini coba untuk jauhi sikap menunda-nunda, terlebih dalam hal menjalankan kewajiban beribadah. Karena dalam Alquran juga disebutkan “Bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb kalian dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran : 133).
  4. Cepat, tapi bukan tergesa-gesa, Ketahuilah bahwa cepat itu bukan berarti terburu-buru atau tergesa-gesa. Namun tetap teliti dan melakukan dengan segera bukan berarti lambat. Kira-kira itulah yang diajarkan dalam hadist tersebut. Kegesitan Rasulullah SAW, bukan artinya kita juga harus melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, sebab ketergesaan biasanya tak lepas dari kecerobohan. “Karena sifat tergesa-gesa itu halnya berasal dari setan.” ( HR Anas bin Malik).
  5. Rutin melakukan evaluasi “Orang yang berakal dan dapat mengendalikannya, seharusnya memiliki empat waktu: pertama, waktu untuk bermunajat kepada Allah; Waktu untuk mengintrospeksi diri; ketiga waktu untuk memikirkan ciptaan Allah; keempat waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani dari minuman dan makanan.” (HR. Ibnu Hibban).

Baca Juga Kisah Rasul

Evaluasi disini artinya meneliti dan melihat kembali apa yang telah sudah kita lakukan sebelumnya, serta mencermat segala kekurangan dan kelemahan yang ada ddalam diri kita sendiri. Tanpa melakukan evaluasi, kita tidak akan pernah menyadari kelemahan dan kekurangan pada diri kita, dan akibatnya kita akan terus melangkah dengan kesalahan yang sama.